tidak ingin pisah

5 3 0
                                    

"Hujan selalu datang tanpa peringatan, tanpa aba aba selalu mendadak, dengan begitu kita harus siap menghadapi nya sesuai dengan kenyataan"

Happy reading

Setelah hana masuk kedalam rumah jevano langsung tersungkur di hadapan jhonny, kakak sang pacar itu, dia pun menangis seakan meminta pertolongan
"Ka.... Bantu gue ka.... " ujarnya dengan suara yang serak itu.
Dengan cepat jhonny pun ikut berjongkok akan dirinya sejajar dengan jevano "eh, jevano gak gini caranya!" jhonny membentak jevano "kalo lo aja ragu, gimana hana van? Lo gak mikirin hana?, kalo lo aja rapuh gini gimana lo mau yakinin hana kalo semua bakal baik baik aja?" jhonny berusaha menasihati pacar sang adik ini.
Semua ini berat juga bagi jhonny, satu sisi ingin memaki jevano yang berani asal tinggal kan sang adik, disisi lain dirinya tidak berhak melarang hal pribadi dan keluarga jevano "lo harus kuat van! Lo cowonya lo gak boleh lemah" lagi, jhonny terus memberi jevano kata kata pembangkit semangat nya
"Hana disini aman van, lo bisa percaya itu, ada gue, temen temen gue, temen nya hana, banyak orang yang sayang sama hana van, lo jangan khawatir" mendengar itu hati jevano sedikit tenang
"Iya kak, gue percaya sama lo, lo gak akan biarin adik lo disakitin" ucap jevano
"Tolong ya kak, jagain hana, gue pamit dulu" ucap jevano sembari berdiri, lalu diikuti oleh jhonny "iya van, lo hati hati ya, mungkin gue gak bisa anter lo ke bandara soal nya besok gue mulai ngampus, terus juga harus bujuk si anak perawan noh ngambek" jhonny sedikit melucu agar suasana hati jevano kembali membaik
Benar saja jevano sedikit tertawa namun siapa yang tahu jika itu adalah tawa palsu?. "Iya kak, gue pulang ya? Assalamu'alaikum"
Jevano mulai menyalakan motornya lalu mulai melesat saat mendapat jawaban salam dari jhonny.

Hana masih terus menangis, rasanya masih seperti mimpi, dia merasa bahwa, baru saja dirinya berada di puncak ke bahagiaan, namun apa daya? Dirinya harus di jatuh kan sejatuh jatuhnya oleh kenyataan bahwa jevano bukan remaja pada umumnya, yang bisa terus bersamanya "jahat kamu jevano! Tega kamu buat aku frustasi kaya gini" mata dan hidung hana sudah memerah matanya sudah bengkak, dirinya seperti sedang terkena flu kini
Ditengah dirinya masih menangis itu suara pintu menghamburkan ingatannya yang menjelajah kenangan nya bersama jevano
Tok tok tok
"Hana, kakak boleh masuk?" tidak lain dan tidak bukan itu adalah jhonny
Hana geming tidak menjawab, dengan begitu jhonny memberanikan diri untuk masuk ke dalam sang adik itu
"Hei? Masih nangis hm?"
"..... "
"Masih marah sama kakak?"
Masih tidak ada jawaban
"Han, jevano ngelakuin ini biar kamu sama dia punya moment perpisahan yang indah tanpa mikir yang enggak enggak hana"
"Jevano udah ngelakuin apa yang harus dia lakuin hana, gak ada cowo sebaik dia hana, gak ada cowo yang sesempurna dia han, kamu harus ngertiin dia, kalo misal nya dia bisa batalin juga gak mungkin dia mau ninggalin kamu hana"
"Dia pergi bukan buat senang senang hana, dia pengen dia sukses dan bisa bahagiain kamu di masa depan nantinya"
Jhonny sekarang berada di samping hana, hana sedang tiduran membelakangi kakaknya, dia elus pelan pucuk kepala sang adik "udah ya? Kamu jangan kaya gini, gak akan ada hasilnya, justru kamu harusnya kasih jevano semangat buat raih impian dia disana, bukan malah marah kaya gini, kalo kamu malah kaya gini kakak yakin kamu bakal nyesel nantinya"
Mendengar itupun hana langsung menangis lagi dan membalikkan badannya ke arah jhonny sang kakak "kak..... Aku minta maaf.... Gak seharusnya aku kaya gini kak... Hiks, aku harus gimana kak, hiks"
Hana sesegukan memeluk erat sang kakak
"Udah udah hana, nanti kamu malah sakit, mending sekarang tidur, istirahat terus besok minta anter temen kamu ke bandara anter si jevano pergi, kakak yakin jevano bakal seneng han" dengan cepat hana mengangguk cepat "iya kak! Aku bakal minta siapa pun yang bisa anter aku ke bandara"
Jhonny pun tersenyum saat tau perasaan sang adik mulai membaik "nah gitu dong adek nya jhonny gak boleh galau"

~~~~

Yuna, nara, rezvan dan juga cakra sedang berada di kostan nara sekarang, dirinya baru tahu akan kabar jevano yang akan pergi ke Amerika, mereka sempat terkejut namun bukan hal mustahil untuk jevano melakukan itu
Mereka mengetahui itu dari jhonny saat mereka menelpon hana namun tidak aktif dan mereka menelpon jhonny dan inilah yang terjadi.
"Duh... Gimana ya si hana? Gue takut dia kenapa kenapa" yuna masih terus berbicara seperti itu
"Bukan lo doang yang khawatir byun, gue juga takut hana jatuh sakit kan berabe" nara ikut dalam pembicaraan ini
"Lagian ya si jevano, kalo apa apa mendadak terus kek tahu bulet, bahkan gue gak tau kalo besok dia harus udah berangkat" cakra juga sempat berasa terkejut, karena jevano tidak pernah bercerita
"Gimana besok kita anter jevano ke bandara? Ya kalian bayangin, dia disana satu tahun, bahkan mungkin lebih" suara rezvan memelan saat di akhir perkataan nya
Semua nya termenung
"Kita gak mau bikin apa gitu buat si jevano? Jahat banget kita jadi temen" ucap nara
"Eh iya bener, masa dia mau pergi kita biarin doang" yuna ikut berpendapat
Mereka berpikir apa yang harus mereka kasih kepada jevano yang pasti sudah memiliki apapun yang Ingin mereka berikan kepadanya
Ctaaak
"Gue punya ide" cakra menjentikkan jarinya nyaring
"Apaan?" kompaknya
"Gimana kita bikin surat aja, ya emang sih agak lebay... Tapi kan, yaaa demi sahabat kita... Masa iya kita gak lakuin?"
"Ih! Iya bener banget bagus cak" yuna setuju dengan pendapat sang pacar
Begitu juga dengan nara "nah... Tumben otak lo lancar cak" ucap nara
"Gue paksain na, kalo gak mah gak bakal muncul ini ide" sungguh cakra selalu memojokkan dirinya sendiri, padahal dirinya juga murid terpintar di sekolah
"Udah... Ayo mulai nulis" nara tidak sabar
"Alat tulis nya mana nara carissa.... " mungkin rezvan sudah lelah :)
Nara hanya cengengesan mendengar itu "hehehe iya lupa, bentar gue ambil" nara membangunkan diri dari duduk nya
"Bukan nara kalo gak aneh" yuna menggelengkan kepalanya pening.

~~~~~

Suasana di rumah yuqi pun masih seperti biasa dingin, senyap seperti tidak ada kehidupan
"Yuqi, besok jevano udah pergi ke Amerika, kita bakal nyusul mereka" sang kepala keluarga bersuara saat yuqi baru saja turun dari lantai atas
"Iya ayah" jawab nya singkat
"Tapi sebelum itu, kamu harus udah tunangan dengan sarah, tidak ada penolakan" ucap Edward
"Ayah tau, kalo perempuan itu udah putusin hubungan nya sama kamu kan? Kalo gitu bagus, memang begitu seharusnya"
Tangan yuqi mengepal hingga memerah, dirinya menahan amarah, kecewa, sedih, putus asa semua tercampur aduk di dalam hati yuqi
"Iya ayah, memang ini yang harus nya terjadi, nara, ah bukan, perempuan miskin yang ayah bilang itu memang harus berpisah dengan aku ayah, karena dirinya wanita baik baik, tulus, penyayang, dia tidak pantas berada di dalam keluarga kita yang sangat haus dengan kekayaan dan harta, nara harus bertemu dengan lelaki yang memiliki keluarga yang lebih baik daripada aku ayah" yuqi berjalan kembali menaiki tangga rumah nya yang besar itu.
"YUQI JAGA BICARA KAMU!!"
Yuqi menoleh "kenapa? Ayah tidak suka? Bukannya emang begitu yang terjadi ayah? Ayah nggak bisa menampik bahwa memang keluarga kita sangat gila akan harta" suara sang yuqi sangat mendominasi hingga sang ayah terdiam, dengan begitu yuqi langsung menyeringai sangat seram, bak ingin menerkam sang ayah.
"Tunggu aja, ada saat nya ayah bakal meminta maaf kepada nara, dan itu pasti akan terjadi ayah" yuqi terus meninggalkan sang ayah yang masih memaku di tempat.

~~~~~

Disisi lain ada Deva, Jeno, mahen, haidar, lukas, taro, juan, ojun, dan juga wawan yang sedang berkumpul di tempat biasa mereka berkumpul
"Jadi maksud lo ngumpulin kita apa Dev? Kenapa si tiga sejoli itu gak dateng?" mahen bersuara
Yang ditanya pun langsung menjawab nya "Oke gue tutup point ya, besok jevano pergi ke amerika" ucap Deva langsung
Semua terbelalak kaget, bukan apa, ini terlalu tiba tiba
"Loh ko? Tiba tiba sih?" haidar yang heran pun kini bersuara
"Gue juga gak tau pasti nya, yang jelas tadi dia ngabarin gue kalo besok dia berangkat ke Amerika buat urusan bisnis dia"
"Dia berangkat berapa lama?" pertanyaan ini keluar dari mulut juan
"Satu tahun"
"HAH?! GILA?!" Ucap mereka dalam satu waktu a.k.a kompak
"Iya"
"Itu gak kelamaan napa? Kasian gue sama si hana" taro memasang wajah cemas nya, ya taro memang dekat dengan hana sejak SMP kalian pasti ingat itu
"Mau gimana? Kita gak bisa larang juga kan?" Deva menyandarkan punggung nya ke tembok di belakang nya
"Jadi mau lo apa?" Jeno yang sejak tadi diam mendadak bertanya
"Kita mulai jalanin misi kita, masalah nya gue mulai ngeliat pergerakan dari geng si felix, kaya nya dia tau jevano bakal pergi lama ke Amerika, dengan begitu dia leluasa buat ngelakuin apa yang dia mau kan?" Deva berbicara mulai serius, tidak ada kata main main di wajah nya
Dan begitu juga dengan raut wajah yang lain terutama Jeno dan juga mahen
"Kita gak boleh lengah kalo gitu ka!" ucap Jeno
"Gue juga berharap begitu"
"Yaudah langsung bentuk aja gimana?" mahen turut bersuara
"Oke!" suara mereka serempak

Tbc





Huhuhu..... Sorry banget buat kalian yang nunggu, aku jarang banget sekarang up nya, udah bener bener sibuk banget... Karena udah mulai sekolah.
Pokoknya jangan pernah bosen ya sama cerita akuuu love you guys❤
JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN!!!!

My Triple Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang