Little things - one direction
Lanjut dech....
****
Jam sudah menunjukkan pukul 02.30 sore. Prilly terbangun dari tidurnya, ia mengerjab kemudian buru-buru meraih handphonenya berharap Ali mengirimi kabar. Namun setelah layar handphone itu menyala, ternyata kenyataan nya lain. Sampai sekarang Ali masih belum memberi kabar.
Prilly menghirup nafas dalam. Ia beranjak duduk dan kemudian meraih Album di laci bedside . Ia membuka album pernikahannya, dimana ada foto dirinya dan Ali saat melaksanakan prewedding sampai resepsi pernikahan.
Prilly berhenti pada salah satu foto dimana dirinya mencium tangan Ali untuk pertama kali saat ia sah menjadi istri seorang Ali syarief.
"Sayang... kamu dimana sekarang ? Kamu apa kabar hari ini? Aku kangen sama kamu... " ujar Prilly yang kemudian tak terasa air matanya menetes. Tapi cepat dihapusnya.
Prilly memejamkan mata, menghirup udara dalam-dalam untuk memenuhi paru - parunya yang terasa sesak.
Tok tok tok
Prilly menoleh kepintu kamar nya.
"Kak...." Panggil Raja dari balik pintu.
"Kenapa?!" Balas Prilly.
"Ni ada kak itte!" Lanjut raja.
Dan dengan itu Prilly bangkit, berjalan ke arah pintu dan segera membuka nya. Terlihat sosok Gritte yang tersenyum manis tepat di hadapannya. Prilly pun segera berhambur untuk memeluk sahabat nya itu.
"Tte... lo disini?!" Ujar prilly di tengah pelukan mereka.
"Iya donk.. kan gue udah janji buat dateng ke acara 3 bulanan lo!" Sahut gritte sembari mengelus punggung Prilly. "Ali mana?!" Tanya nya membuat Raja seketika melirik Prilly.
Prilly merenggangkan pelukannya. "Kita ngobrol di dalem aja ya?!" Dan dengan itu mereka pun masuk ke kamar Prilly kecuali raja yang memutuskan kembali ke ruang tengah.
Duduk di pinggir ranjang gritte mengelus perut Prilly. "Perut lo udah mulai berubah ya?!"
"Ya kali, orang masih rata. Menurut lo aja karna gak pernah ketemu gue!" Sambar Prilly.
Gritte tersenyum kecil. "Ech.. Ali mana?! Kerja?!" Gritte mengulang pertanyaan nya. Dan dengan seketika Prilly kembali murung, gritte menangkap perubahan itu. "Lo kenapa?! Kalian baik-baik aja kan?!" Tanya gritte memastikan.
Prilly menghela nafas. "Ali ke Aussie tte, jawab Prilly tanpa semangat. "Ada urusan kantor yang mengharuskan dia berangkat" Imbuh Prilly
Gritte memutar bola matanya. "Itu berarti Ali gak akan dateng di acara 3 bulanan lo?!"
"Dia udah janji bakalan dateng, dia juga bilang malam ini dia bakalan pulang!"
Gritte tersenyum. "Yaudah, terus apa yang buat lo nekuk muka 12 gitu?!"
"Dari keberangkatan nya kemarin, Ali belum juga ngabarin gue sampe sekarang tte..." jawab prilly dengan nada yang bergetar. "Demi Alloh gue takut terjadi sesuatu sama dia!" Air mata Prilly menetes begitu saja tanpa perintah. "Dan lagi sebelum dia berangkat gue sempet bikin dia kesel. Gue yakin dia bener-bener marah sama gue.."
Bahu gritte melorot mendengar dan melihat ekspresi prilly yang seperti tertekan dengan keadaan. "Ali gak pernah kaya gini sebelumnya. Maksud gue walaupun marah, dia bisakan kabarin gue, cuma sekedar kasih info dia sampai, dengan gitu kan gue bisa jauh lebih tenang dan gak mikir aneh-aneh!" Jelas Prilly yang mulai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Menentukan
RomanceCerita ini karangan pribadi ku. yang mengisahkan tentang bagaimana cara menghargai, mencintai dan mempertahankan sebuah hubungan. tidak ada maksud dan tujuan menyinggung pihak manapun. hanya karangan semata. Dan cerita ini sudah melewati perombakan...