Happy reading....Hari ini seluruh keluarga besar Ali dan Prilly telah berkumpul di rumah Ali. Hari ini mungkin akan menjadi hari yang tak terlupakan untuk keduanya di mana pada kehamilan pertamanya ini Prilly akan menjalani suatu adat yang sebenarnya sih sudah tidak asing lagi untuk para ibu hamil.
Ritual Siraman. Itulah adat yang akan di jalani oleh Prilly. Suatu ritual yang berasal dari jawa dan hanya di jalankan atau peruntukkan untuk wanita yang kehamilannya berumur 7 bulan.
Acara siraman Prilly ini akan di laksanakan tepat pukul 4 sore, karna memang aturannya sebelum matahari melingsir kebawah, acara siraman sudah harus selesai.
"Kakinya masih sakit sayang?" Tanya Ali saat mereka sedang berada di kamar untuk menunggu perias acara datang.
Prilly menggeleng. "Cuma ngilu aja kok.."
"Lain kali kamu harus lebih hati-hati ya.. gak boleh lari-lari lagi. Inget, kamu lagi hamil..." ujar Ali lembut.
Prilly mengangguk. "Iya, gak bakal seceroboh kemarin lagi.."
"Li, nih tukang salonnya udah dateng!" Suara kaia membuat keduanya menoleh.
Ali mengangguk. "Yaudah suruh masuk aja kak. Prilly juga udah siap kok..."
"Okey..." balas Kaia yang kemudian kembali menghilang dari ambang pintu. Tapi sesaat kemudian, munculah seorang perempuan masuk dengan membawa box yang Ali yakini adalah rangkaian bunga melati yang akan di kenakan Prilly nanti. Tapi seorang wanita lain, yang datang bersama perias itu membuat Ali benar-benar tersentak kaget. Ia gelagapan dan membeku di tempat, bahkan ia bingung dan tidak tau harus berbuat apa.
"Masuk aja mbak..." Prilly mempersilahkan salah satu perempuan yang masih berdiri di ambang pintu. Seolah membeku dan mematung disana. Namun perintah dari Prilly untuk masuk kedalam, membuatnya mau tidak mau memasuki ruangan yang seharusnya tidak pernah sama sekali ia masuki itu.
Setelah berjalan maju memasuki kamar Ali dengan kaku, perempuan itu menutup pintu tanpa arahan dan Tinggalah mereka berempat disana.
Ali bergerak maju dan merengkuh Prilly merapat. Seolah berkata dia lah istriku, hal itu justru membuat Prilly keheranan, ia mengernyit menatap Ali, namun diwaktu yang bersamaan Ali malah memberikan sebuah kecupan tepat di keningnya.
"Udah siap mbak?!" Tanya perias pertama.
"Udah... sini aja mbak biar saya bisa duduk!" Balas Prilly terkekeh. "Oya, kenalkan saya Prilly..."
"Saya Dina dan ini pegawai saya Ria..dia yang akan membantu mengenakan kembenannya, nanti saya hanya akan membantu memakaikan rangkaian bunganya sama tata rias di kepala saja..."
Prilly mengangguk tersenyum. "Okey.."
Mengalihkan pandangannya ke Ali, Dina tersenyum ramah. "Sekali lagi selamat ya Li.." katanya, dimana hal itu membuat Prilly langsung menoleh pada sang suami.
"Kalian udah kenal?!" Tanya Prilly yang tentu saja kaget, namun ia berusaha menyembunyikan semua rasa itu dibalik senyumnya.
Ali mengangguk. "Ya, dia temen ku dulu sewaktu aku masih kecil.."
Prilly mengangguk. "Oo, gitu..." balasnya seraya melirik Ali.
Apa lagi ini Li ? Kalo dia hanya sekedar teman, gak mungkin kamu gak saling tegur sapa saat dia dateng tadi. -batin Prilly ragu.
Dina tersenyum. "Aku juga gak nyangka kalo ternyata kalian yang sewa perias ke tempat ku.. "
"Sebenernya semua bukan dari kita. Tapi adik ipar ku yang nyiapin semuanya..." balas Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir yang Menentukan
RomanceCerita ini karangan pribadi ku. yang mengisahkan tentang bagaimana cara menghargai, mencintai dan mempertahankan sebuah hubungan. tidak ada maksud dan tujuan menyinggung pihak manapun. hanya karangan semata. Dan cerita ini sudah melewati perombakan...