04 | Fathers' Love

3K 396 133
                                    

Waktu-waktu pun berlewatan. Sama seperti waktu Leah yang berlalu menjadi banyak pikiran. Peristiwa yang terjadi di IYFC pagi tadi, dirasa cukup parah. Pasalnya, segalak-galaknya Leah, ia tidak pernah sampai membentak seseorang yang baru dikenal. Apalagi, lelaki tadi... tidak terlihat jahat. Kenapa Leah harus sebegitu marah?

"Gue kasar banget sama cowok itu.... Padahal, dia gak sengaja. Dia juga udah minta maaf baik-baik dan niat mau ganti minuman gue. Tapi gue malah bentak dia. Gak salah ibunya semarah itu sama gue," monolognya sambil menatap langit-langit kamar.

Menatap jam pada ponsel, tertulis 9:25 PM di sana. Sudah lumayan malam. Jam begini, biasanya Leah sedang berjibaku di depan laptopnya, menulis cerita. Kadang, ia mengetik di memo ponsel ketika sedang malas duduk menghadap laptop. Namun, malam ini Leah malas. Belum berminat menambah bab pada karyanya yang bertengger bagus di salah satu platform menulis dunia maya.

Ya, beberapa karya Leah sangat diminati kalangan pembaca online. Ada yang sudah mencapai 500.000 pembaca malah. Tapi kasihannya, cerita Leah tidak pernah dianggap cukup menarik oleh pihak penerbitan.

"Rangga... kamu gak usah minta maaf. Kamu gak salah, Sayang.
Tapi aku udah gagalin rencana kamu, Anna... aku gak bisa tenang....
Gak apa-apa, Rangga... beneran. Kamu gak usah khawatir, ya." Leah menirukan percakapan karakter Rangga dan Anna di salah satu karyanya. Namun, wajahnya sebal setelah memeragakan.

"Munafik! Bisa-bisanya lo nulis adegan kayak gitu, tapi lo malah marahin orang just because a fuckin soda? Leah? Hei!" Bagai orang di ambang kewarasan, Leah kembali menceramahi dirinya sendiri.

Gadis itu tak habis pikir pada dirinya. Ia pun menegakkan tubuh, lalu duduk di tengah ranjang. Berpikir betapa tak baik dirinya.

"Gila, ya. Apa gue harus mulai terapi aura? Kayaknya gue dipenuhi dengan aura negatif deh makanya sial terus?" Perempuan itu kembali bermonolog.

Tok tok tok

"Leah? Papa mau masuk! Boleh, gak?"

Leah menghela napas. Bikin kaget saja papanya.

"Kalau mau ngebuli doang gak usah, Pa!" seru Leah dari dalam kamar. Menatap pintu kamarnya tak berminat.

"Salah satu sifat yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah sifat berburuk sangka, Leaaah," balas papanya dari luar.

Mendengar itu, Leah langsung mendelik ke arah pintu, tak menyangka.

Agustian, papa Leah, cekikikan di luar pintu. "Oooy, Anak Perawan!" serunya asal kemudian.

Leah berdecak. Perempuan 27 tahun itu terpaksa turun dari tempat tidurnya. Harus membukakan pintu karena benda itu terkunci.

Klek klek

Agustian tersenyum, kemudian menunjukkan sebuah postingan dari ponselnya kepada sang anak.

Leah menyipit, kemudian membaca, "Selena Publisher mencari bakat. Cerita khusus penulis teenlit, young adult. Daftarkan naskahmu sekarang juga. Juara 1 dan 2, karyanya akan diterbitkan secara mayor. Juara 3 dan 4, karyanya akan diterbitkan secara Indie."

Selesai membaca, Leah menatap ayahnya yang sedang tersenyum lebar.

"Daftar, yuk!" ujar papanya, berbinar-benar semangat.

Alis Leah bertaut. Heran betul.

"Kenapa?" Alis Agustian ikut bertaut. Wajah mereka jadi makin mirip, bedanya si papa berkumis.

LEAH and HER PETERPAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang