Di atas bantal empuknya, Leah menatap sebuah foto yang diambil 2 hari lalu. Menelaah ekspresi orang-orang di dalam potret dengan saksama tanpa terlewat.
Oh ya, Kei yang memotret momen tersebut.
Leah tersenyum kecil, kemudian menghela napas. Sedikit lega melihatnya. Sedikit saja, sebab masih ada banyak beban di dalam kepala.
Lalu, ibu jarinya bergerak. Menyentuh ikon-ikon tombol, pergi ke aplikasi favoritnya. Menilik jumlah pembaca "Us" pada wattpad-nya. Tertulis 561K di sana.
Sisa satu setengah bulan lagi waktu yang dikasih Selena Publisher.... Bisa gak ya bulan depan "Us" dapat 650K? Leah membatin dalam diam.
Hening.
Tapi kalau pun gak bisa, gak apa-apa juga, kok. Eh, tapi... kasihan Kei. Dia udah bela-belain promosiin cerita gue ke bagian redaksi dan editor. Kayak... selama ini, kapan karya gue diperjuangkan segitunya sama seseorang? Kei yang pertama. Gue pengin dia bangga sama usahanya. Gue gak mau dia sedih gara-gara gue.
Beberapa saat kemudian, pikiran Leah yang gemar overthinking kembali berganti topik.
Tentang acara perkenalan kemarin yang syukurnya berjalan lancar, setidaknya tidak berakhir buruk dan membuat trauma. Leah banyak bercakap dengan kawanan sahabat Kei. Dengan supel dan luwes, mencairkan suasana yang dikhawatirkan akan dingin.
PSPK pun cepat merasa nyaman dengan Leah, sebab nyatanya wanita itu mudah diajak bicara. Tipe-tipe yang bisa masuk ke pembicaraan apa saja. Wawasan Leah dinilai luas oleh PSPK (Persatuan Sahabat Pelindung Kei).
Adapun topik-topik yang tidak Leah pahami, dengan apa adanya ia akan bertanya dan meminta penjelasan. Tidak suka sok tahu, tidak gemar menambah-nambahi cerita agar terkesan serba tahu. Kalau tahu, ya tahu. Kalau tidak tahu, ya tidak tahu. Buat apa pura-pura tahu hanya demi citra yang palsu? Begitu kiranya prinsip Leah dalam bergaul.
Untuk Joanne, Sagita, dan Widia... mereka tergolong ramah dan mudah didekati. Dan Leah rasa dirinya cukup berhasil mengambil hati. Namun, tidak dengan... Yessy.
"Yessy, Yessy, Yessy. Nama kamu bergaung terus di telinga aku. Bisa-bisanya ya kamu segitu juteknya ke aku, gak mau senyum sama sekali. Senyumnya pas lagi foto doang! Kalau gak inget kamu lebih kenal Kei dari aku, udah aku ajak berantem kamu, tau gak!" Leah meracau sebal sambil berbaring terlentang.
Memang menjengkelkan, tapi kini Leah menghela napas sabar. Mencoba berpikiran terbuka. Berusaha menempatkan diri di posisi Yessy, yang pastinya punya alasan kuat mengapa bersikap demikian.
"Kenapa kamu overprotective banget sama Kei, Yessy?" tanya Leah lesu. Sorot mata pada plafon kamar juga menyendu. "Kenapa, Yes, kenapa? Mendingan kita ngobrol berdua, deh," sungutnya putus asa. Memanggil 'Yes' seolah sudah sangat akrab.
Drrrt... drrrt... drrrt....
Getaran ponsel menginterupsi kekecewaan Leah—yang sebal pada diri sendiri karena gagal mengambil hati si Yessy.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAH and HER PETERPAN ✔️
RomanceKei, cowok blasteran yang ekstra manja disuruh menikah oleh ayahnya supaya tidak lagi manja. Kei yang submisif pun nurut-nurut saja, tapi harus menikah dengan siapa? Kemudian, Leah si cewek ambisius, feminin, dan sedikit galak itu tiba-tiba bertemu...