Sudah berada di rumah sakit, Leah segera dibawa ke ruang bersalin untuk mengecek pembukaan. Berhubung ketuban sudah pecah, penanganan pun dilakukan lebih sigap dan cekatan.
Leah dibawa ke rumah sakit ibu dan anak tempat Dokter Yana—teman sekaligus dokter kandungan yang menangani Leah selama kehamilan itu bekerja, agar bisa ditangani langsung oleh Yana yang sudah sangat mengerti kondisi Leah dan Angkasa selama masa kehamilan.
Selagi Leah diperiksa di ruang bersalin, Kei menelepon Mommy dan Mama. Mengabarkan bahwa Leah sudah berada di rumah sakit karena mengalami kontraksi dan pecah ketuban di mobil sepulang dari mall.
Kedua calon nenek itu terperanjat, semringah, tetapi panik juga. Ya, begitulah rasanya.
Kei meminta tolong pada Mommy untuk membawakan barang-barang yang diperlukan Leah selama dan pasca persalinan. Sebetulnya, Kei mau-mau saja bolak-balik rumah dan rumah sakit, tetapi Leah mana mau ditinggal.
Selesai menelepon kedua ibunya, Kei yang berdiri di depan ruang bersalin itu melihat seorang perawat keluar dari ruangan. "Sus," panggilnya langsung sambil mendekat.
Suster itu berhenti. Mereka bersitatap.
"Bagaimana, Sus? Udah mau melahirkan istri saya?"
"Baru pembukaan 5, Mas—Pak," jawab si suster agak bingung mau memanggil 'Pak' atau 'Mas'.
"Itu bagaimana maksudnya, Sus?" tanya Kei tidak mengerti.
"Harus sampai pembukaan 10 dulu, baru bisa dilakukan persalinan, Pak." Suster sudah membulatkan keyakinan untuk memanggil 'Pak'.
Kei mengerjap-ngerjap dengan wajah polos risaunya.
"Barusan sudah di-USG, air ketubannya masih cukup, tidak berkurang banyak. Yang tadi itu cuma rembes aja. Tapi sebaiknya, Bu Leah jangan banyak berdiri dulu ya, Pak. Dokter Yana sudah kita hubungi, sebentar lagi pasti datang," jelas si suster ramah.
"Oh, begitu.... Ya udah, Sus. Saya mau masuk boleh?" tanya Kei.
"Boleh, Pak, silakan. Kamarnya kita siapkan dulu, ya."
Kei mengangguk. Segera memasuki ruang bersalin yang ada Leah-nya di sana.
Mendapati istrinya sedang bermain HP, dahi Kei lekas berkerut heran. Ia sangat panik, tetapi kenapa Leah malah santai?
"Sayang... kok main HP?" tanya Kei begitu sampai di sisi brankar.
Leah tidak menjawab. Hanya mengalihkan tatapan dari ponsel ke wajah suaminya.
"Makin sakit, gak?" Kei bertanya, duduk di pinggir brankar yang ditiduri istrinya.
Leah melepas ponselnya, menaruh di sebelah bantal. Lalu, menatap suaminya, kemudian melebarkan kedua tangan meminta sebuah pelukan.
Kei membungkuk, kemudian memeluk.
"Dia sakitnya setiap 15 menit sekali. Sekarang belum sakit soalnya tadi habis sakit...," adu Leah pelan saja sebab sedang berpelukan.
Kei sedih mendengarnya. "Yang kuat, ya... Leah mau Kei belikan makanan?"
"Mau nasi goreng yang ayamnya banyak...."
Kei melonggarkan pelukan, menjauhkan wajah, lalu mengecup dahi Leah. "Kei carikan sekarang?" tanyanya lembut kemudian.
"Sayang...." Leah menenggelamkan wajah di leher suaminya, terdengar mendayu dalam resah. "Temenin aku, ya... sakit banget kalau lagi sakit...."
"Iya, Sayang. Kei di sini terus, kok," balas Kei lembut.
Namun, Kei jadi bingung. Bagaimana mau membeli nasi goreng yang ayamnya banyak kalau ia di sini terus?
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAH and HER PETERPAN ✔️
RomanceKei, cowok blasteran yang ekstra manja disuruh menikah oleh ayahnya supaya tidak lagi manja. Kei yang submisif pun nurut-nurut saja, tapi harus menikah dengan siapa? Kemudian, Leah si cewek ambisius, feminin, dan sedikit galak itu tiba-tiba bertemu...