"Hei, Bocah! Bangun!"
Tara dan Kayla tersentak seketika mendengar suara berisik di bagian depan. Mereka pun bergegas keluar kamar.
"Kau sudah kembali? Bagaimana hasil laporanmu? Apa papamu memarahimu?" serbu Tara saat melihat Zavaro. Dalam hati ia berharap pemuda itu tak mendengar ketika ia membocorkan rahasianya barusan pada Kayla.
Zavaro menoleh. Tatapannya terlihat sangat serius. "Itu yang akan kita diskusikan." Ia menendang kecil kaki ranjang Ray kali ini. "Hei! Bangun!"
Ray menggeliat. "Pare, aku mengantuk, lelah sekali."
"Astaga dia mengigau. Lucu sekali." Tara tergelak seketika, sekaligus juga merasa lega.
Zavaro memasang wajah masam. "Sial! Kau kira aku ayahmu?! Bangun!"
"Hei, tolong jangan kasar begitu. Ray tidak biasa dikasari," bela Kayla. Ia segera mendekati ranjang, sedikit membungkuk, mengacak-acak rambut adiknya itu dengan lembut. "Ray, bangun."
Ray seketika membuka mata. Ia mengernyit saat melihat tatapan kesal dari dua orang, Tara dan Zavaro. Dia pun buru-buru bangkit. "Eh, ada apa?"
Tara menatap aneh. Zavaro menyorotkan tatapan tajam. Hanya Kayla yang memberinya senyuman. Ia berpikir mungkin ada yang salah dengan mereka.
"Kaulah yang bermasalah," sambar Tara kesal. Ia duduk di lantai kemudian. Wajah gadis itu memperlihatkan ekspresi sedikit bingung bercampur gelisah.
"Kita rapat!" cetus Zavaro terdengar gusar. Ia pun menyusul Tara, duduk di dekatnya dengan wajah ditekuk.
Kayla memberi kode pada Ray untuk bergabung dengan mereka. Keduanya pun beranjak dari ranjang, dan duduk di hadapan Zavaro dan Tara.
"Tim kita sudah kalah satu kali. Ini tak pernah terjadi padaku sebelumnya. Kuharap ini tak akan terjadi lagi." Zavaro memandangi Tara, Ray, lalu beralih cukup lama pada Kayla, membuat gadis itu menunduk menatap lantai.
"Kita akan memulai latihan fisik besok. Aku dan Tara sudah pernah melakukannya sebelumnya. Jadi, kami akan membantu kalian berlatih, sama seperti yang dilakukan oleh para mentor di tim lain. Nanti akan ada ujian berupa praktik duel antar tim yang akan dipimpin oleh Alpha Aldevaro beserta alpha lucis lainnya. Itu butuh kerja sama dan kekompakan. Kuharap tidak ada kesalahan nanti. Ada pertanyaan?"
"Jika kalah, apa kita akan dihukum lagi?" tanya Kayla lirih.
"Ah, paling cuma membersihkan ruangan kantin, itu tidak sulit," sahut Ray enteng.
Zavaro menoleh cepat ke arahnya. Rahang kokoh pemuda itu terlihat bergerak-gerak, tetapi mengatup rapat beberapa saat. "Ini bukan tentang hukuman mudah atau sulit. Ini tentang tanggung jawab dan harga diri. Tidakkah kau lihat apa yang dilakukan tim lain pada tim yang kalah? Jangan suka sok tahu, Serigala Amatir!"
"Maaf, Ray tak bermaksud begitu. Dia hanya ...."
"Berhentilah bersikap melindunginya! Ia laki-laki! Biarkan dia menjaga dirinya sendiri!" kecam Zavaro.
Kayla terperangah. "Dia adikku!"
"Kau bahkan tak tahu apakah kalian saudara kandung atau bukan," desis Zavaro.
"Mmm, kita sedang rapat, bukan? Fokus saja pada topik," lerai Tara, menyadari bahwa serigala Zavaro tengah cemburu, sama seperti yang ia rasakan.
Zavaro menarik napas dalam-dalam. "Ini mungkin terlihat seperti permainan. Tapi, ini sebetulnya adalah tes, tim siapa yang paling siap untuk memikul tugas pertama. Itu artinya, kita akan melakukan petualangan, melakukan sesuatu yang nyata di luar sana, dikawal oleh satu atau dua alpha lucis. Itu adalah pertarungan sesungguhnya. Di kehidupan luar. Itu adalah suatu tanggung jawab besar sekaligus kebanggaan. Terutama ketika kita berhasil menyelesaikan tugas itu. Kalian mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORION ACADEMY (Completed)
FantasyTidak mudah menjadi putra seorang ketua alpha. Zavaro terbiasa harus selalu menjadi yang terbaik di antara anak-anak manusia serigala lucis lainnya. Ia bahkan kerap terlibat perkelahian dan pertentangan dengan mereka semenjak kecil. Semua demi mewuj...