Kayla terbangun di sebuah ruang tinggi berbentuk silinder kecil, berdinding batu dingin, gelap, dan lembap. Ia masih mencium wewangian aneh seperti perpaduan antara oak dan hawthorn yang dibakar bersamaan. Itu aroma yang sempat tercium, saat Mateo menaburkan bubuk asing ke tubuhnya, usai membacakan kitab kuno.
Elorri dan haritza. Pohon malaikat dan pohon peri, gumam Kayla dalam hati.
Indera penciuman Kayla juga bisa menangkap aroma sama dari sebuah perisai sihir di sekitar ruangan. Setidaknya itu cukup kuat untuk menidurkan kekuatannya. Dia pun mengerti satu hal, Mateo dan tiga El Xanas pasti telah berusaha mati-matian membuat pelindung kokoh yang sulit untuk ia tembus.
Kayla masih tak mengerti, kenapa Mateo dan yang lain tak bisa menerima dirinya yang sekarang. Bukankah seharusnya mereka senang karena ia telah memiliki kekuatan hebat? Dia bisa melindungi akademi dengan kemampuannya sebagai oculto. Namun, kenapa Mateo, lima lucis, bahkan Zavaro, sepakat untuk mengurungnya di ruang pengasingan?
"Kau baik-baik saja?"
Kayla menoleh ke arah pintu batu dengan satu lubang udara di bagian atas, yang berfungsi sebagai jendela. Ia hanya bisa mendengar suara. Dia cukup tahu siapa pemiliknya.
"Jadi, ini caramu memperlakukan mate-mu?" tanyanya dingin. "Apa aku begitu mengerikan sampai kalian harus menyembunyikanku di ruang ini?"
"Ini untuk melindungimu, Kay."
"Aku seharusnya paham ketika kalian memintaku membaca sisa isi kitab kuno yang terlindung mantra. Itu semua tertulis dalam Euskara. Aku bisa membacanya, tetapi tak mengerti maknanya." Kayla tertawa getir. "Aku memang sangat bodoh atau si penulis kitab memang sangat pintar saat meramalku. Dari semua bahasa, hanya satu bahasa ini yang aku tak bisa kuasai."
"Euskara adalah bahasa kuno tertua dan terkenal paling misterius. Tak ada yang mengetahui asal usulnya. Meski demikian, kami semua sepakat bahwa walaupun sang penulis terkesan membantu kami, sebenarnya niatnya adalah untuk melindungimu, Kay."
"Aku sungguh ingin tahu siapa penulis kitab itu. Ada urusan apa antara dia dengan kaumku?"
"Kami pun belum tahu. Mateo dan kita semua hanya bisa menunggu dari hasil misi mencari kalung darah malaikat itu."
"Kapan kalian berangkat?"
"Besok, dini hari."
"Ray tidak ikut?"
"Tidak. Mateo menganggap dia lebih baik di sini, berlatih dan berjaga bersama yang lain."
Hening sejenak. Terdengar helaan napas dari luar pintu. Kayla tidak bisa membaca apa yang ada di benak Zavaro saat ini. Ia diam-diam mengutuk perisai sihir yang menidurkan kekuatannya.
"Apa yang kau resahkan?" Kayla heran kenapa ia tak tahan untuk tidak bertanya.
"Untuk pertama kali, aku ragu apakah bisa memimpin remaja lucis menjalani misi."
"Kenapa? Bukankah akan ada Alpha Javiero dan Alpha Alrico yang menemanimu?"
"Ya, tetapi kau tahu bagaimana sikap yang lain terhadapku. Kali ini aku takut membuat kesalahan."
"Apa itu sebuah dosa jika kita melakukan kesalahan?"
"Hmm ... mungkin iya, mungkin juga tidak, bagi sebagian orang."
Kayla mendengkus. "Kau menyindirku atas kericuhan yang kulakukan di Hari Kekasih?"
"Kau seharusnya mendapat setangkai mawar merah."
Kayla tertawa miris. "Aku tak pernah berharap kau akan memberikannya."
"Karena itu, kau membuat kericuhan di alun-alun? Agar semua ikut tak merasakan bahagia seperti dirimu? Aku tidak menolakmu sebagai mate, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORION ACADEMY (Completed)
FantasyTidak mudah menjadi putra seorang ketua alpha. Zavaro terbiasa harus selalu menjadi yang terbaik di antara anak-anak manusia serigala lucis lainnya. Ia bahkan kerap terlibat perkelahian dan pertentangan dengan mereka semenjak kecil. Semua demi mewuj...