N I N E

109 17 0
                                    

Terdengar suara gedebuk cukup keras saat buku-buku jatuh berhamburan, disusul kehadiran Zavaro, yang secepat kilat menghampiri sumber suara. Kayla pun tersadar dan berusaha mengendalikan rasa takut dan panik di dirinya.

"Ada apa lagi?!" tanya Zavaro yang lebih menyerupai dampratan. "Lama-lama kau bisa membuatku jantungan!"

Ketiga peri seketika menghilang setelah mengatakan sesuatu pada Alena yang terdengar seperti dentingan riuh. Kayla bahkan sempat bertemu pandang dengan tiga el xanas itu beberapa saat. Ia tak bisa melupakan tatapan penuh ketakutan dari mereka.

Aku ini sebenarnya makhluk apa?

"Maaf, aku ... tidak sengaja ... dan tak bermaksud ...." Kayla segera membungkuk mulai memungut buku satu per satu, berusaha menyembunyikan kepanikannya.

Tara dan Ray yang berdiri tak jauh dari Kayla melangkah lebih dekat. Mereka menatap benda-benda yang berserakan di lantai. Keduanya ikut membungkuk hendak membantu memungut, tetapi malah membuat kepala mereka saling terantuk.

Arco mendeham, bersiul pelan menggoda mereka. Rupanya ia sudah berada di dekat Zavaro. Di belakang pemuda itu, berdiri Alena, menatap aneh pada Kayla.

"Hentikan telepatimu, Arco. Aku sedang tak berminat mengobrol denganmu di pikiranku," gerutu Tara seraya menegakkan tubuh. Entah kenapa, ia merasa emosinya sekarang mulai mudah terganggu.

Hal ini pun disadari oleh Zavaro. Ia pun merasakan hal yang sama. Dia bertukar pandang dengan Tara saat sama-sama mendengar suara Arco mengatakan sesuatu di pikiran mereka.

Itu efek setelah menemukan mate. Arco bahkan menambahkan dengan tawa menyebalkan. Kalian tidak bisa lari dari ikatan itu. Dan kau, Tara, bersiap-siaplah. Masa heat-mu akan segera tiba. Si Hibrida tergelak lagi kemudian, sementara di wajahnya hanya memperlihatkan senyuman lebar.

Aku sudah minum obat penunda heat, Hibrida Gila. Tawamu sia-sia.

"Sial, pasti Carra!" cetus Tara kemudian ke arah Zavaro, yang disambut helaan napas oleh pemuda itu.

Tara kemudian menangkap pandangan intens Alena pada Kayla yang tengah sibuk memunguti buku. Ia tersentak mundur saat membaca pikiran gadis itu yang seakan berusaha memberitahunya sesuatu.

Ketiga ibu periku bilang, gadis itu bisa memahami bahasa el xanas.

"Tidak mungkin ...," desis Tara, menegang sambil ikut menatap intens ke Kayla beberapa lama. Ia justru lebih fokus membaca isi pikiran Alena yang sengaja ditujukan untuknya daripada menanggapi telepati Arco. "Tidak ada yang bisa memahami bahasa el xanas tanpa seizin mereka. Aku tidak percaya."

Alena beralih menatap serius kepada Tara kini. "Percayalah. Peri tidak pernah berbohong."

***

Mereka lagi-lagi terlambat sarapan pagi dan harus berada di barisan akhir lagi. Alpha Ravantino yang datang bersama Luna Alka hanya memandangi tim Zavaro prihatin tanpa kata. Mereka terlihat seperti sibuk saling berkomunikasi dalam hati.

Kayla bisa merasakannya dari cara mereka saling bertukar pandang serta memberi reaksi. Sama seperti yang ia lihat tadi saat Arco melakukannya dengan Zavaro, Tara, juga dengan Alena.

Meski Tara tak memberitahu, Kayla berkeyakinan bahwa Luna Alka adalah mamanya Arco dan Carra. Ia bisa melihat kemiripan mereka, terutama di bagian sepasang mata yang berbeda.

"Hmm ... setelah sarapan, aku menunggu laporan hasil latihan tadi pagi. Ketua Asrama harap menemuiku di ruang pengajar. Selamat menikmati hidangan." Ia menoleh ke Luna Alka, menunggunya memberi anggukan. Mereka pun berbalik kembali menuju ruang silinder.

ZORION ACADEMY (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang