T W E N T Y

101 14 0
                                    

Setelah penerbangan sekitar sejam lebih dengan jet pribadi jemputan milik pack, para remaja lucis diketuai oleh Zavaro ditambah dua alpha pembimbing, akhirnya tiba di Bilbao, ibu kota provinsi Bizkaia, Basque Country, tak jauh dari Elorrio. Menurut Javiero, cara ini lebih efektif dan efisien daripada harus menghabiskan waktu selama tujuh jam dalam mobil jika melewati jalur darat dari Girona.

Javiero bahkan menghabiskan hampir sejam untuk tidur, sementara Alrico bercerita pada remaja lucis tentang Bilbao, sebuah kota besar dengan tradisi keunggulan gastronomi, dengan banyak tempat makan kasual yang menyajikan pintxos, tapas khas Basque. Para turis biasa menikmati hidangan khas lokal itu saat berjalan-jalan santai di Kota Tua.

Ibu kota ini pun, menurut Alrico, menawarkan enam restoran berbintang Michelin yang terkenal dengan masakan haute-nya, yaitu penyajian unik, ramai, elegan, mewah, dan sedikit berat dengan penggunaan banyak krim. Selain itu, arsitektur spektakuler dan seni avant-garde dari museum kelas dunia, Guggenheim, juga sangat menarik perhatian pengunjung.

Namun, sayangnya itu tak cukup menghibur bagi para remaja lucis, mengingat mereka tidak sedang berlibur, bahkan hujan menyambut kedatangan kedua belas manusia serigala begitu turun dari jet. Dalam perjalanan misi pertama ini, sepertinya tak ada waktu untuk menikmati keindahan Bilbao.

Lagi pula, liburan macam apa jika jarak kota itu dari Elorrio hanya sekitar tiga puluh dua menit dengan mobil. Remaja lucis bisa kembali kapan saja ke Bilbao atau berlibur ke mana pun setelah mendapat kebebasan jika dinyatakan telah lulus pendidikan dan pelatihan.

Ditambah pula oleh kekejaman Javiero. Alih-alih istirahat sambil mencuci mata sejenak, kesepuluh pelajar, juga Alrico, harus kembali melakukan perjalanan menaiki mobil sewaan selama kurang lebih empat puluh lima menit menuju sebuah kota madya bernama Berriatua. Itu terletak di daerah bersejarah Bizkaia, yang terbagi menjadi pusat kota dan daerah pedesaan dengan keindahan Sungai Artibai.

Kekejaman Javiero pun masih berlanjut saat mereka tiba di pusat kota. Di hotel bintang dua pilihannya, dia sengaja memesan hanya tiga kamar. Sepuluh remaja lucis terbagi menjadi dua kelompok, girls dan boys. Ia sendiri sekamar dengan Alrico.

Usai menaruh tas bawaan di kamar masing-masing tanpa berani protes, para remaja lucis pun di ajak sarapan bersama oleh Alrico di restoran hotel. Sementara si alpha berambut kribo itu memesan makanan dan mereka mencari meja, Javiero sibuk berbicara pada seseorang melalui ponsel dengan ekspresi serius dan volume suara yang terlalu pelan untuk didengar manusia biasa.

"Kenapa muka kalian semua ditekuk begitu?" tegur Alrico saat mengambil kursi tambahan, ikut duduk semeja dengan Zavaro, Ravano, Jayro, Arco, dan Ricco usai melakukan pemesanan. Ia pun sempat melempar pandang ke arah tim gadis yang tampak lesu di sebelah meja mereka.

"Alpha, tidak bisakah kami memilih kamar sendiri? Kami bisa membayar mandiri jika perlu," protes Ravano pelan sambil melirik ke arah Javiero yang berada cukup jauh dari mereka.

"Atau paling tidak, satu kamar berdua," timpal Jayro sepelan mungkin seakan takut menyakiti telinga pendengarnya.

Alrico tertawa kecil. "Kalian tahu apa tujuan misi sebenarnya? Bukan hanya sekedar mencari kalung, tetapi juga ujian untuk kekompakan kalian."

Ravano dan Jayro sontak mendesah lesu. Remaja lucis lainnya kompak terdiam kelu.

Sarapan porsi besar, berupa satu lusin piring, masing-masing berisi dua iris daging panggang, tiba di meja saat beberapa remaja lucis mulai terdengar menggerutu soal kamar lagi. Zavaro memilih menyantap dalam diam dengan pikiran terfokus pada gua yang akan mereka datangi demi misi. Ia pun memasang telinga seraya melirik ke arah Javiero sesekali.

ZORION ACADEMY (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang