Kayla baru kali ini masuk ke sebuah perpustakaan yang terlihat lebih mirip museum. Ada berbagai benda dan kitab kuno yang dipajang dalam kotak kaca khusus, yang tentu saja tidak bisa dibuka begitu saja.
Semua barang pajangan dikunci dengan kunci khusus yang memerlukan kode sihir untuk membukanya. Sedangkan buku-buku lain ada di rak-rak terbuka.
Tara berjalan ke bagian rak berisi buku-buku tentang segala bentuk atau teknik bertarung. Ia memilih beberapa yang dia anggap bagus untuk Kayla. "Ray! Sini! kau juga bantu cari!"
Ray pun segera menyusulnya dan mulai ikut mencari-cari. Ia sempat melihat Zavaro melangkah ke bagian rak lain.
Kayla justru lebih fokus memerhatikan kitab kuno berukuran kecil yang terlihat sudah sangat lusuh, tersimpan dalam kotak berlapis kaca dengan penutup terbuat dari kayu. Ia melihat deretan huruf-huruf yang ada di kunci unik di bagian atasnya. Itu terlihat seperti permainan acak kata semacam scrabble, hanya saja dalam bentuk yang berbeda.
Ia memerhatikan deretan huruf yang diacak pada kunci unik. Entah kenapa semakin fokus mengamati, dalam penglihatannya, huruf-huruf itu seakan bergerak sendiri memberi petunjuk sebuah kata.
"I ... re ... ki ... a ...." Tanpa sadar Kayla membacanya.
Huruf-huruf pun seketika bergerak dengan sendirinya kini, hingga terdengar bunyi klik diikuti penutup yang terbuka. Mulut Kayla pun menganga.
"Tara, Zavaro, kuncinya terbuka," ujarnya lirih.
Zavaro yang tengah mengumpulkan beberapa buku terlonjak, hingga menjatuhkan semua yang ada di tangannya. Ia segera melangkah cepat ke arah Kayla.
"Bagaimana kau bisa membukanya?!" Mata pemuda itu melebar memperlihatkan ekspresi panik, kaget, dan marah. "Semua yang dikunci di sini artinya dilarang untuk kita membukanya tanpa izin!"
Tara yang tiba kemudian terlihat kaget dan cemas. Ray mendekat perlahan. Tubuhnya ikut menegang.
Kayla menggigit bibirnya. "Aku melihat huruf-hurufnya bergerak sendiri tadi, lalu aku membacanya. Tiba-tiba aku baru sadar bahwa hurufnya baru tersusun sesuai yang kuucapkan dan penutupnya terbuka begitu saja."
Tara menutup mulutnya. Kepalanya menggeleng-geleng menatap Kayla, Ray, dan Zavaro bergantian. "Astaga, kesalahan apa yang kita telah lakukan? Mateo pasti akan menghukum kita."
"Kenapa kau memilih kitab ini, Kay?" tanya Ray. Ia lebih merasa tak enak hati melihat wajah Tara yang memucat.
"Aku tidak bermaksud begitu!" Kayla merasa ingin berteriak sekeras-kerasnya sekarang. Ia sungguh tak tahu apa yang merasukinya tadi. "Aku bahkan tak tahu kata apa yang telah kuucapkan!"
"Ini buku apa?" Tara mengernyit sembari berusaha lebih mendekat, mengamati kitab kuno dengan lebih seksama. "Sampulnya sangat rusak! Aku bahkan tak bisa membaca judulnya!" Ia mundur kembali seraya mengangkat kedua tangan ke atas. Dia dan Zavaro saling berpandangan penuh ketegangan.
"Dari semua buku di ruangan ini, kenapa kau malah memilih yang ini?!" cetus Zavaro gusar ke arah Kayla. "Kau sungguh pintar mencari masalah!"
Kayla menyorotkan mata, memelototi Zavaro. "Aku tidak memilihnya! Buku ini yang memilihku! Lagi pula, ini kesalahan pertamaku meski sejujurnya juga bukan salahku!"
"Wow, bukunya sudah sangat tua. Usianya aku rasa jauh lebih tua daripada kita semua," gumam Ray mengamati kitab, yang telah ia ambil saat semua tengah berdebat.
"Bagaimana bisa kau mengambilnya?!" teriak Zavaro dan Tara bersamaan.
Ray menatap mereka heran. "Penutupnya sudah terbuka, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORION ACADEMY (Completed)
FantasyTidak mudah menjadi putra seorang ketua alpha. Zavaro terbiasa harus selalu menjadi yang terbaik di antara anak-anak manusia serigala lucis lainnya. Ia bahkan kerap terlibat perkelahian dan pertentangan dengan mereka semenjak kecil. Semua demi mewuj...