T E N

95 16 7
                                    

Tepat menjelang akhir bulan Desember, sesuai janji, Zavaro meminta izin membawa timnya berlibur ke pegunungan Pyrenees. Ray yang paling antusias. Tara justru terlihat sedikit cemas.

Kayla yang sebelumnya mulai tenang dan bersikap biasa, kini kembali merasa kalut. Pikirannya bercampur aduk.

Zavaro bisa merasakan perubahan sikap dua gadis itu. Ia paham tentang kecemasan Tara. Dia pun berpikir mungkin itu sama dengan yang dipikirkan Kayla.

Aku sudah berkonsultasi dan bersiap-siap untuk itu. Sama seperti kita, Mateo, para tetua dan alpha, mereka pun tak tahu apa yang akan terjadi. Tidak ada penglihatan lain, kecuali kenyataan bahwa Kayla adalah masih keturunan manusia serigala, dan dia mate-ku. Jadi, apa pun nanti, kita harus siap menghadapi. Alpha Javiero dan Alpha Alrico siap mendampingi.

Tara mengangguk usai membaca pesan dari pikiran Zavaro. Ia merasa sedikit tenang kini.

"Tenang Tara! Aku akan mengajarimu cara berseluncur!" oceh Ray. Ia terlalu bersemangat kini, tak sempat memikirkan hal lain, kecuali hal-hal menyenangkan yang akan mereka lakukan bersama.

Mereka pun segera bersiap-siap. Pakaian musim dingin dan bekal selama tiga hari telah ada di ransel masing-masing. Zavaro bahkan telah membawa sejumlah uang tunai pemberian papanya.

Mengingat sang putra adalah ketua asrama sekaligus juga kepala tim, mana mungkin Aldevaro membiarkan Zavaro pergi berlibur bersama anggotanya tanpa membawa persiapan. Meski demikian, kartu belum dia anggap perlu karena masih ada dua alpha andalannya.

"Semua siap?" tanya Alpha Alrico ramah seraya berjalan menghampiri mereka bersama Alpha Javiero di sampingnya.

"Siap, Alpha!"

Alrico tersenyum hangat. "Ayo, kita berangkat!"

***

Setelah menempuh perjalanan diantar dengan mobil selama hampir dua jam lebih dari Girona, mereka tiba di tepi sebuah hutan. Alpha Javiero menyuruh sang sopir kembali ke kota tua.

Ia kemudian memimpin perjalanan memasuki hutan, mendaki, menerobos salju hampir sekitar satu jam, hingga tiba di depan sebuah kabin terpencil yang cukup besar. Bangunan kayu itu memiliki dua lantai.

Ray melongo, memandangi dua jendela kaca bagian samping yang menghadap salju, tepat di depan mereka. Ia mengedarkan pandang ke sekeliling. Pepohonan ranting memutih, juga pohon-pohon pinus bersalju, mengepung sekitar kabin. Sejauh mata memandang, hanya terlihat hutan, bukit, dan hamparan salju putih membentang.

Dia berpaling, menatap lebar bergantian pada Zavaro dan Tara. "Ini bukan resor ski! Ini ... hanya kabin!"

"Pondok sewaan," ralat Javiero enteng. "Memang bukan resor ski, tetapi kita bisa bermain salju atau apa pun itu di sini. Bebas." Ia sedikit menyeringai. "Terlindung dari para manusia yang tidak berkepentingan."

Kayla yang cukup kelelahan, memandang sekeliling sambil menurunkan ransel dari punggungnya. "Aku rasa ini memang bukan liburan biasa. Tak apa. Mungkin aku masih bisa bermain perang salju dengan Ray, membuat benteng salju, bola salju, mandi salju, atau dikubur di salju, apalah itu." Ia tertawa samar kemudian.

"Liburan tetaplah liburan. Kita masih bisa jalan-jalan, berbelanja ke desa terdekat, bersenang-senang," ujar Tara. "Boleh, bukan?" Ia menatap penuh harap pada Zavaro.

Zavaro malah menoleh ke Alrico meminta persetujuan. Yang ditatap malah melempar pandang kepada Javiero. Alpha berseragam hitam itu mengangkat bahu.

"Selama kalian tidak menggangguku, itu tak masalah," ujarnya cuek. Ia segera melangkah menaiki tangga, memasuki pintu kabin yang ada di sisi kanan, di dekat bagian pagar yang membatasi teras dengan tanah hutan bersalju yang menurun.

ZORION ACADEMY (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang