S E V E N

103 15 0
                                    

Lonceng kembali berdentang tiga kali. Itu cukup untuk membuat Kayla sigap berdiri dan langsung berlari keluar tanpa menunggu aba-aba, meninggalkan Zavaro, Ray, dan Tara bengong beberapa saat.

Zavaro yang bergerak menyusul lebih dulu sambil memaki pelan. Tara dan Ray tertawa sebelum ikut mengekor kemudian.

Kayla mengerahkan seluruh tenaga yang ia miliki. Tak lama dia melihat sekelebatan dua sosok. Zavaro dan Tara berhasil menyusul serta mendahului. Adiknya pun turut melewati.

Ia tak peduli, tetap terus berlari. Dia bertekad tak mau menjadi alasan kekalahan tim mereka lagi.

Sialnya, kadang harapan tak selalu sama dengan kenyataan. Ia tiba dengan napas hampir putus, saat tim-tim lain sudah di tempat secara lengkap.

Zavaro, Tara, dan Ray yang tadinya sudah ada di barisan awal, terpaksa harus mundur ke belakang, diikuti tawa, sindiran, dan senyum ejekan dari tim-tim lain. Mereka, kecuali Zavaro, hanya melemparkan senyuman pada Kayla, lebih untuk menenangkan dan tidak membuat gadis itu merasa bersalah.

Itu bukan salah Kayla, jika ia mau berdebat. Kekuatan manusia bagaimana bisa dibandingkan dengan makhluk supernatural?

Meski sedikit mencemaskan masalah apa yang akan mereka dapati nanti, Kayla tetap berharap bahwa ia bisa segera menemukan kekuatan supernaturalnya. Ia tak mau terus menjadi pecundang dan beban bagi tim.

Suara tawa bernada ejekan terus terdengar. Untunglah tidak ada kalimat menyindir yang keluar. Suasana menjadi hening seketika ketika sosok berseragam hitam muncul dari ruang berbentuk silinder bersama seorang lelaki berwajah sangat tenang, berjalan di bagian atas tangga utama.

"Alpha Javiero dan Alpha Arlo," bisik Tara.

Kayla dan Ray sontak mengangguk mengerti. Mereka sudah sedikit banyak tahu tentang Alpha Javiero, tetapi belum paham apa kekuatan Alpha Arlo.

"Alpha Arlo itu penenang dan penyembuh," ujar Tara lagi dengan nada lirih.

Zavaro berdeham kecil. Sebuah kode untuk Tara menutup mulut. Gadis itu pun segera menurut.

Alpha Javiero mengernyit saat melihat Zavaro dan Tara di barisan belakang. "Ada apa ini? Dua pelajar terbaik kini berada di barisan belakang?" Ia menyeringai sembari menoleh ke Arlo.

Arlo memberinya isyarat dengan kepala menggeleng pelan. "Setiap orang akan mengalami proses. Kadang di atas, kadang di bawah. Tidak ada yang selalu di atas, tidak ada pula yang selalu di bawah. Semua harus memiliki keseimbangan. Itu buat pelajaran bagi kita, bahwa sempurna itu tidak ada."

"Siap, Alpha Arlo!" teriak para mentor bersamaan, diikuti oleh semua anggotanya.

Alpha Javiero mengangguk-angguk. "Benar, tetapi ingat, kalah sesekali boleh. Kalah terus-menerus itu namanya pecundang. Setiap orang harus memiliki hari yang sama, berbeda, lebih buruk, atau lebih baik. Itu pilihan kalian." Ia memandangi semua pelajar dengan tatapan acuh tak acuh.

"Laporan Ketua Asrama tentang rencana latihan besok aku tunggu di ruangan pengajar seperti biasa. Yang mendapat hukuman, silakan selesaikan setelah makan malam."

"Siap, Alpha Javiero!"

Ia menengok ke Alpha Arlo. "Ada lagi?"

Alpha Arlo menggeleng sambil tersenyum lembut. "Aku rasa cukup."

"Baiklah. Selamat makan malam!" Mereka membalikkan badan, meninggalkan bagian atas tangga, kembali masuk ke ruang silinder.

Kayla sangat penasaran apa isi ruang silinder. Ia sempat berpikir mungkin semacam ruang pengajar. Namun, entah kenapa dia merasa itu bukan hanya sekedar ruangan biasa.

ZORION ACADEMY (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang