F I F T E E N

107 16 0
                                    

Tepat dua malam, Mateo akhirnya meminta Javiero dan Alrico membebaskan tim Z3 dari ruang penghukuman. Kayla pergi lebih dulu sesaat setelah pintu sel dibuka. Tara memilih menunggu Zavaro serta Ray keluar dari penjara.

Selama di ruang penghukuman, mereka menyadari bahwa Kayla seakan sudah tak berminat menjadi anggota bersama mereka. Z3 bisa dibilang telah pecah hanya dalam waktu dua malam saja.

Javiero dan Alrico bukannya tak paham melihat situasi itu. Semua terlihat jelas ketika Kayla melenggang pergi begitu saja, diikuti tatapan kecewa ketiga anggota tim lainnya.

"Sepertinya tugasmu akan semakin berat, Zavaro," ujar Alrico prihatin setelah Kayla tak terlihat lagi.

Zavaro tersenyum pahit seraya melangkah keluar sel. "Tugasku memang tak pernah ringan, Alpha. Tak apa. Aku sudah terbiasa."

Javiero tertawa kecil sambil menepuk pundaknya. "Aku senang mendengarnya. Papamu benar-benar telah mempersiapkan mentalmu dengan baik sebagai calon ketua alpha berikutnya."

"Apakah tidak akan ada tindakan terhadap Kayla?" tanya Tara lesu. "Gadis itu benar-benar mulai membuatku naik darah setiap waktu."

Alrico menoleh padanya seraya menarik sudut bibir kanan, membentuk garis lurus yang miring. "Tara yang tenang, kini mudah terpancing? Aww, ke mana putri Keana yang terkenal penuh kendali dalam bersikap?"

"Kecuali dalam berbicara," dengkus Zavaro. "Tara selalu sulit mengendalikan mulutnya." Ucapan itu segera mendapat wajah masam dari Tara.

"Masalah mate dan Kayla sudah membuatmu depresi, huh? Papamu akan tertawa jika tahu," ledek Javiero sambil menutup pintu sel kembali setelah Ray melangkah keluar. Ia menatap sekilas ke pemuda itu yang terlihat begitu murung. "Kau kenapa? Hanya dikurung dua hari, kau jadi kesal?"

Ray menggeleng lesu. Wajahnya benar-benar tampak kusut. "Aku kehilangan kakakku."

Alrico melangkah mendekat. Tangannya terangkat, mengacak-acak kepala Ray lembut. "Kakakmu tidak hilang. Ia hanya ... sedang sedikit tersesat. Kalian harus berusaha bersama membawanya kembali."

"Segera kembali ke asrama dan tidurlah. Besok pagi kalian masih harus latihan. Ingat, ujian praktik tak lama lagi. Kalian harus bersiap-siap. Jangan terlalu memikirkan apa yang terjadi saat ini," ujar Javiero.

Ray hanya mendesah, menunduk tanpa kata. Ia berjalan lambat saat Zavaro merangkul sambil mengajaknya melangkah bersama Tara. Mereka pergi menuju asrama diiringi tatapan prihatin dari kedua alpha.

***

Suasana di ruangan Mateo tampak hening. Lima alpha beserta para luna duduk berkeliling. Kecuali Alrico dan Javiero, para pengajar lainnya itu baru kembali dari liburan yang dipercepat dan kini harus mengikuti rapat darurat.

Raut-raut wajah mereka memperlihatkan isi pikiran yang sama, usai mendengar penjelasan singkat dari Mateo. Hanya Arlo dan Cleona yang terlihat tenang.

"Kenapa kau baru memberitahu sekarang soal Kayla?" tuntut Luzia pada Mateo.

"Betul. Setidaknya kau bisa memberitahuku lebih dulu soal mate Zavaro, Mateo," ujar Aldevaro kesal.

"Sementara memang hanya aku, Mario, Lily, Cleona, dan Arlo yang tahu soal Kayla." Mateo duduk tenang sambil mengelus-elus jenggot. "Karena, aku belum begitu yakin sebelumnya jika ia adalah oculto."

"Oculto? Aku pernah dengar, tapi tak mengira legenda itu betul-betul ada," gumam Ravantino.

Alrico memalingkan wajah ke arah sepupunya itu dengan cepat. "Kau tahu?" Ia melebarkan mata. "Bagaimana bisa? Dari mana kau mendengar soal itu?"

ZORION ACADEMY (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang