T W E N T Y F I V E

77 14 0
                                    

Mateo, para alpha beserta luna kembali duduk bersama di ruang kantornya. Sepuluh lucis pun turut bergabung dengan mereka.

Suasana begitu hening. Terdengar beberapa embusan napas berat dan sesekali desah yang mengandung beban dan kecemasan.

"Jika benar apa yang dikatakan Carra, maka masalah baru kita tak cuma hanya Pasukan Suci, tetapi juga strigoi," ujar Mateo memecah keheningan. "Bagaimana pendapat kalian?"

Aldevaro mendengkus. "Masalah mate putraku baru saja selesai. Aku pikir, kita hanya perlu membahas Pasukan Suci, kini malah muncul lagi masalah strigoi." Ia menatap ke arah Carra. "Kau yakin vampir serigala itu yang menyerang kalian saat di gua?"

Carra mengangguk. "Tak ada keraguan, Alpha. Seratus persen, aku yakin."

"Siang hari?" Javiero mengernyit, seakan menyangsikan ucapan putri Arlo itu.

Carra kembali menganggukkan kepala tanpa ragu. Ia merasa tak perlu meragukan dirinya sendiri pada apa yang telah dia lihat waktu itu.

Ravano berdeham. "Sejujurnya aku pun melihat beberapa sosok strigoi sedang mengintip saat kami melewati pedesaan dalam perjalanan menuju gua."

Ia diam sejenak saat semua kini menoleh ke arahnya. "Hanya saja, aku tak berpikir strigoi bisa keluar dan menyerang pada siang hari. Lagi pula, aku kira mereka hanya ada di Rumania."

"Jika benar, apa yang mereka lakukan di sini?" sambar Alrico heran. "Apa hubungan mereka dengan Pasukan Suci? Bagaimana bisa mereka berhubungan?"

Kali ini semua mata menatap ke arah pojok ruangan, pada Ravantino dan Keana. Keduanya pun seketika paham arti tatapan mereka.

"Aku belum mendapat laporan dari Para Pemburu Brasov mengenai ini," ujar Keana dengan wajah terlihat muram.

"Mungkin mereka tak mengira, strigoi akan berada di Spanyol," imbuh Ravantino sambil mengelus bahu istrinya. Ia tahu betul watak Keana yang kerap terlalu merasa bertanggung jawab akan segala hal. "Adikmu dan yang lain tak bisa mengawasi vampir serigala plin plan di sana secara dua puluh empat jam. Jadi, wajar jika mereka kecolongan."

"Bukan hanya mereka, tetapi juga Ace," gumam Arlo.

Aldevaro seketika seakan dikejutkan sesuatu saat mendengar gumaman itu. Ia sontak menunjuk ke arah pasangan Ravantino dan Keana. "Kalian segera hubungi Lazaro! Pastikan ia dan serigala pemburu lain mengkonfirmasi soal ini pada Ace!"

"Jika mereka merasa kesulitan menghadapi Ace dan gerombolannya, ajak Vladimir beserta pasukan dhamter-nya," celetuk Alrico.

Aldevaro kembali antusias. "Nah, itu! Katakan itu pada Lazaro!"

"Aro, kau sepertinya mulai tua," ledek Javiero. "Pikiranmu semakin lamban."

Aldevaro hanya melengos, enggan membalas ejekannya. Pikiran si ketua alpha itu penuh dengan persiapan menghadapi Pasukan Suci. Ia berharap Zavaro dan Kayla bisa diandalkan untuk mengatasi masalah itu nanti.

Para alpha lainnya beserta luna kompak menarik napas lega. Setidaknya, mereka tak harus melihat perkelahian lagi antara Aldevaro dan Javiero.

Mateo tersenyum. "Baiklah. Kalian sudah tahu apa yang harus dilakukan. Urusanku sekarang adalah membangunkan kembali kekuatan Kayla. Sisanya, kuserahkan pada kalian semua."

***

Keesokan pagi usai sarapan, atas anjuran dan izin Mateo, Kayla beserta Ray kembali ke rumah, sekaligus memperkenalkan Zavaro, juga Tara, yang ikut menemani, pada orang tua mereka. Meski hanya sebuah kunjungan singkat, tetapi itu cukup membuat kedua kakak beradik itu gembira.

ZORION ACADEMY (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang