Mateo memandangi bagian luar ruangan yang mengurung Kayla. Ia sesungguhnya merasa tak tenang sejak Ray terus memberitahu bahwa gadis itu ingin keluar, mencari tahu tentang sesuatu.
"Jika aku membebaskanmu, apa jaminanmu, Kayla?" Ia bertanya pelan.
Kayla yang hampir tertidur di bagian dalam ruangan tersentak bangun. Ia segera duduk di pinggiran ranjang batu. "Kau sudah menidurkan kekuatanku, Mateo. Jaminan apalagi yang kau perlukan?"
Mateo mengelus janggutnya. "Jika kau kabur, hukumanmu akan semakin berat, dan Ray akan ikut menanggungnya. Kau setuju?"
Kayla mendengkus. "Aku tidak akan kabur, Mateo. Aku hanya teringat satu kejadian dan penasaran, ingin memeriksa sesuatu."
"Sesuatu? Apa itu?"
"Saat liburan tim Z3 di kabin bersama Alpha Javiero dan Alpha Alrico, aku terpanggil oleh sesuatu yang membawaku ke sebuah gua asing. Tidakkah mereka memberitahumu soal itu?"
"Mereka memberitahuku kau terjatuh di sana, tetapi tidak membahas soal panggilan ...." Mateo mengernyit.
Kayla membenturkan sisi belakang kepala ke dinding sekali dengan gerakan pelan seraya memejamkan mata. "Oh, aku yang lupa memberitahu." Mata keemasannya kembali membuka. "Zavaro juga tidak memberitahumu soal keadaanku saat itu?"
Mateo lagi-lagi mengerutkan kening. "Tidak." Ia terdiam sejenak. "Oh, mungkin peri gua ...."
"Maksudmu?"
"Sejenis El Xanas yang menguasai gua. Peri itu bisa dan hanya memanggil seseorang yang diinginkan, seperti mantra pemanggil, dan biasanya mereka akan menghapus ingatan tentangnya dari manusia yang tak berkepentingan atau tidak dia inginkan."
"Oh, bisa jadi. Namun, aku tak bertemu peri yang kau maksud. Zavaro menahanku sebelum sempat memasuki gua."
"Hmm ... aku pun penasaran jika memang itu peri gua, pasti ada sesuatu yang ingin dia lakukan denganmu atau katakan padamu." Mateo mengibaskan lengan. Seketika perisai yang menyelubungi ruangan menghilang. "Kau bisa keluar, Kayla."
Kayla sontak turun dari ranjang. Ia bergegas keluar sebelum Mateo berubah pikiran.
"Jadi, aku boleh pergi ke sana untuk mencari tahu?"
Mateo menggeleng. "Kekuatanmu sedang ditidurkan, tidak aman jika hanya kau sendiri. Aku akan pergi bersamamu. Sebaiknya kita segera berangkat sekarang selagi pelajar lain sedang tidur. Aku akan minta Ravantino mengantar kita."
***
Ravantino menghentikan mobil di tepi hutan. Kaca terlihat mengembun. Ia menoleh ke Mateo yang ada di sisinya, sementara Kayla di belakang mulai membuka pintu dan bergerak turun. "Kau ingin aku ikut atau menunggu di sini?"
"Kau boleh ikut," ujar Mateo seraya membuka pintu dan turun dari mobil, diikuti oleh Ravantino.
Kayla memimpin jalan melewati pepohonan setengah basah oleh sisa hujan, menuju kabin terlebih dahulu. Dari sana, dia baru bisa mengingat jalur yang mengarah ke gua.
Mateo dan Ravantino mengikutinya dalam diam. Mereka sama-sama berpikir gua macam apa yang akan ditemui.
Mereka harus menuruni tanah hutan yang menurun. Ketiganya melangkah hati-hati karena cukup licin.
Setelah beberapa lama kemudian, mereka pun tiba di depan sebuah mulut gua berukuran kecil. Itu memang sedikit terlindung oleh pepohonan.
"Kita sampai," ujar Kayla.
Ravantino mengamati gua. "Kau yakin ini guanya?"
Kayla mengangguk. "Meski tak lagi bersalju, aku ingat."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZORION ACADEMY (Completed)
FantasyTidak mudah menjadi putra seorang ketua alpha. Zavaro terbiasa harus selalu menjadi yang terbaik di antara anak-anak manusia serigala lucis lainnya. Ia bahkan kerap terlibat perkelahian dan pertentangan dengan mereka semenjak kecil. Semua demi mewuj...