Sejujurnya, Bi tak ingin memiliki niatan untuk tak pulang ke rumah. Namun, ia tak mau menemui pemuda kasar yang tak lain dan tak bukan kakaknya sendiri. Bahkan, Bi sampai berpikir kalau kakaknya itu bukan kakak kandungnya. Tapi, pikiran itu dienyahkan oleh Bi.
Kini, dirinya berjalan tak tahu arah. Dirinya tak tahu harus kemana, padahal dari dalam perutnya sudah keluar suara-suara yang meminta asupan makanan. Apalagi, kondisi tubuhnya yang basah, dan membuatnya kedinginan karena angin malam.
Langkahnya hampir saja mengarah depot Pak Ji.
Ah, tidak! Ia sudah merepotkan Pak Ji sedari lama. Entah mengutang sebungkus nasi ayam bakar, atau uangnya yang kurang, dan segala macamnya. Pak Ji dan istrinya sudah menganggap Bi sebagai anak mereka, maka sepasang suami istri itu selalu tulus memberi pada Bi. Dan hal ini membuat Bi makin sungkan untuk kembali berhutang.
Bi benar-benar bingung kemana ia harus pergi.
Jika ia tidur di pos, ia takut hal yang tak terduga terjadi. Jika ia tidur di pinggir jalan, pasti ada pihak keamanan yang menangkapnya. Bi pusing memikirkannya.
Mencuri. Itu yang ada dibenak Bi sekarang.
Berdosa memang, dan Bi tahu hal itu. Namun, Bi tak bisa berbuat apa-apa, lagi.
Bi mulai melihat-lihat minimarket yang terlihat sepi pembeli. Bi pun menemukan sebuah minimarket yang berada di sisi kanannya. Minimarket itu terlihat sepi pembeli, dan hanya seseorang yang berpakaian hitam.
Bi pun berancang-ancang. Ia segera menguncir rambutnya, lalu memakai topi hitam untuk menutup wajahnya agar ia tak dapat dikenali.
Setelah menunggu beberapa saat, dan melihat orang itu selesai membayar roti keju dan susu rasa cokelat. Bi perlahan berjalan sembari menunduk. Jalannya terlihat pelan, agar ia dapat berpapasan dengan mangsanya yang sedang memainkan ponsel itu.
Semakin mendekat, semakin mendekat, dan mendekat.
Sekarang!
Bi merampas kantung plastik yang berada di tangan orang itu, lalu dengan segera Bi berlari kencang. Bi berusaha berlari cepat, supaya dirinya tak tertangkap. Mengingat, orang yang ia jadikan korban pencurian itu seorang laki-laki tinggi dibanding dirinya yang mungil.
"Maling!" seru orang itu.
Tunggu!
Jika Bi mengingat, suara itu mirip sekali dengan seseorang. Tapi, siapa?
Sudah, lah! Jika sudah darurat seperti ini, Bi tidak pernah berpikir Panjang. Yang penting dirinya masih bisa hidup.
"Maling!" Seruan itu sepertinya makin mendekat dengan dirinya.
Bi menoleh. Dan ternyata, orang itu mengejarnya, bahkan ia terlihat hanya beberapa meter dengan dirinya. Bi pun cemas mengetahuinya.
Dukk!!
"Akh!"
Bi terjatuh karena kakinya tersandung batu.
Lutut, telapak tangan, dan sikunya terasa perih. Anggota tubuh yang lain pun terasa sakit sekali setelah terjatuh ke tanah.
"Rasain!" teriak orang itu seraya mengambil kantung plastik dari tangan Bi.
Tiba-tiba, Bi diangkat melalui lengannya secara paksa. Lalu, ia terkejut saat jaraknya dengan korban sangat dekat.
"Siapa nama lo? Ngaku!" ucap orang itu dengan suara berat membuat Bi merinding mendengarnya.
Puk! Topi hitam Bi pun terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You? (on Hold)
Teen FictionON HOLD Walau terlihat sederhana dengan kamera yang selalu dipegang, kehidupan perempuan yang kerap dipanggil Bi itu tak sesederhana itu. Memang berat. Namun, semenjak dentuman bola basket menarik perhatiannya saat ia berjalan melewati aula basket...