Junior sedang melamun di bangku luar ruang gawat darurat.
Entah apa yang Junior pikirkan, dalam benaknya hanya memikirkan keadaan perempuan yang bernama Abigail itu.
Abigail kini tengah diberi tindakan lanjut oleh dokter. Dan rasanya, dada Junior berdebar saat dokter menyatakan bahwa ada pendarahan pada tulang iga, dan beberapa tulang rusuk Bi patah, jangan lupakan hipotermia. Bi juga dideteksi memiliki imun yang kurang stabil. Napasnya berulangkali berhembus, mengeluarkan rasa resah yang merundunginya tiap saat.
Suara langkah kaki yang berlari bergema di lorong, membuat Junior menoleh ke arah kiri. Ternyata para sahabatnya sudah sampai, dan kini ia dihampiri oleh mereka.
"Bi barusan diperiksa, Bang?" tanya Surya setelah sampai.
Junior menunduk. Dirinya tak berani menatap wajah teman-temannya, apalagi Serga dan Surya. Junior hanya mengangguki kepala demi menjawab pertanyaan Surya. Junior tahu seberapa dekat Surya dan Bi. Seringkali di status whatsapp, Surya mengunggah foto kebersamaannya bersama Bi. Jadi, Junior baru memahami mengapa Surya mengkhawatiri Bi.
"Dokter gak bilang apa-apa, Jun?" tanya Haniel seraya menyamakan tingginya dengan cara berjongkok di sebelah Junior.
Junior menghela napasnya berat. "Di-dia ada pendarahan di daerah tulang iga. Beberapa tulang rusuknya patah. Bi kena hi-hipotermia."
Kelima pemuda itu bersama-sama mendesah lelah. Surya yang bersandar pada tembok putih, perlahan meringsut dan terduduk di lantai. Kedua lengan ia gunakan menumpu kepalanya, sesekali meremas rambut hitamnya itu.
Serga mengusap wajahnya kasar. Lalu mendekati Junior dan mulai menunjuk dengan telunjuknya. "Lo sekarang ngerti, kan?"
Junior tetap pada posisinya yang terdiam dan tak mau mengangkat kepala.
"Kalo lo gak ajak dia ke gudang belakang, gak ada kejadian begini!" bentak Serga emosi.
"Lo mana tau, kalau dia- Argh!" Serga berbalik dan menghantam dinding dengan kepalan tangannya.
Junior mengernyit, dan begitu juga yang lainnya. Surya hanya mengangkat kepalanya dan menatap Serga yang juga menatapnya dalam. Menggerakkan kepalanya menggeleng, sebagai kode untuk Serga.
Junior mengangkat kepalanya. "Di-dia kenapa?"
Hening setelah pertanyaan itu dilontarkan. Sesudahnya, Serga menatap Junior remeh dan tersenyum miring. Terkadang juga, Serga berdecih pelan sembari menatap Junior.
Junior berdiri dan menghadap Serga dengan kesal. "Lo masih bisa denger, kan? Semalam, dia kenapa?"
Ceklek! Dokter selesai menangani Bi.
"Huh. Lo aja gak pantes untuk tau tentang dia," ujar Serga dan setelahnya, ia mendekati dokter.
Junior terdiam. Perasaannya tertohok dengan perkataan Serga.
Namun, kalimat yang dilontarkan Serga itu benar adanya. Bahwa, ia bukan siapa-siapa dari Bi. Ia hanya kebetulan bertemu dengan Bi dengan insiden pencurian makanan yang dilakukan Bi. Setelah itu, ia malah melakukan hal yang membuat hidup Bi hampir saja selesai.
Jadi, ia merasa bahwa dirinya tak pantas.
COULD YOU?
Surya masih saja terjaga sembari menjaga Bi. Walau sebenarnya ia sendiri juga mengantuk. Sudah tiga gelas kopi yang ia minum. Memang tak sehat, tapi ini juga demi Bi.
Surya perlahan memandang sekelilingnya. Haniel yang tertidur disofa dekat pintu kamar bersama Juna yang menyandarkan kepala di bahu sang abang. Nur yang tertidur telentang di lantai dekat sofa Haniel. Jerrel dan Serga tertidur di sofa dekat kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You? (on Hold)
Teen FictionON HOLD Walau terlihat sederhana dengan kamera yang selalu dipegang, kehidupan perempuan yang kerap dipanggil Bi itu tak sesederhana itu. Memang berat. Namun, semenjak dentuman bola basket menarik perhatiannya saat ia berjalan melewati aula basket...