Membaik

25 4 0
                                    

Tiga minggu berlalu tanpa terasa. Dengan Junior yang terus menjaga Bi, Haniel dan Surya yang merawat sepenuh hati, dan anggota Enhagans yang selalu menjenguk Bi dan menghibur Bi.

Tubuh Bi mulai memberikan pemulihan yang signifikan. Ia bisa duduk dengan baik, dan melakukan sesuatu meski dengan duduk.

"Oke. Saya rasa, besok Bi boleh pulang. Tetap dijaga pola makan dan istirahat, juga jangan lupa diminum obatnya. Mungkin siang nanti, administrasi kepulangan bisa diurus," terang dokter.

Bi yang mendengar percakapan dokter dengan Surya tak jauh darinya pun merasa senang. Ia bersyukur kalau dirinya bisa pulang lagi.

"Tapi dok, gimana keadaan tulang iganya Bi? Apa Bi butuh terapi?" tanya Surya memastikan.

"Tulang iga pasien mulai membaik. Tapi untuk bisa beraktifitas seperti biasa, saya sarankan jangan dulu. Pasien masih butuh penanganan khusus mengenai tulang iga. Kalau pasien mau, saya bisa sarankan dokter fisioterapi yang tepat."

Surya nampak memikirkan hal ini matang. Ini juga untuk kebaikan Bi.

"Bi." Surya memanggil.

"Iya, Kak?" tanya Bi.

"Kamu mau diterapi, gak? Bisa, sih, kalau gak terapi. Tapi, kalau diterapi bakal cepet penyembuhannya. Jadi, mau yang mana?"

Bi nampak berpikir. Dan cukup lama ia diam memikirkan hal ini.

"Gimana? Kamu mau terapi atau—"

Bi mengangguk. "Iya, Kak. Bi mau."

"Biayanya bakal aku cicil, kalo aku udah bisa kerja lag—"

"Apanya yang dicicil?" Surya mengerutkan dahinya.

"Em, ya, biaya terapinya, kan?" jawab Bi dengan nada ragu.

Surya terdiam. Wajahnya yang datar, membuat Bi tertunduk.

Ia tahu kalau kakak kelasnya yang satu ini sudah menganggapnya sebagai adik sendiri. Begitu pula sebaliknya, bahwa Bi juga menyayangi Surya. Namun banyak kebaikan yang Bi terima dari Surya. Dan itu membuat Bi sungkan pada Surya.

Tapi tangan putih itu terulur dan mengusak pelan surai hitam itu. "Biayanya harus kamu bayar pake kondisi kamu yang mulai membaik."

Kepala yang diusak terangkat dengan senyum manis. Bahkan termanis dalam hidup Surya selama ia hidup.

Surya berbalik dengan senyum tipis. "Bi mau diterapi, dok."

"Baik. Kalau begitu, saya akan siapkan prosedur, dan hubungi dokter fisioterapinya. Sekalian juga, saya mau pamit ke pasien lainnya," ucap sang dokter.

"Silakan, dok. Terima kasih banyak," balas Surya mengangguk.

Dokter itu pergi setelah berpamitan.

"Kak, aku tidur, ya?" pinta Bi.

"Ya, tidur aja. Ngapain pamit dulu, baru tidur?" tanya Surya bingung dan Bi tertawa.

"Kan kakak di sini. Siapa tau kakak mau ngobrol sama aku," jelas Bi.

"Emang kamu mau ngobrol?" Dan Bi menggeleng kepala.

"Gitu ngapain nanya? Yaudah, tidur aja. Mimpi indah, ya," ucap Surya seraya mengusak rambut Bi.

Mata bulat itu mulai tertutup dan beberapa menit setelahnya terdengar dengkuran halus. Surya terkekeh tanpa suara, saat melihat gadis imut itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Could You? (on Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang