"Pelan-pelan!"
Surya memegang kursi roda dengan erat. Wajahnya pun mengungkapkan rasa bahagia di Minggu pagi ini.
"Dek, pegangin yang kuat kursinya." Haniel mengarahkan Surya kala Junior menggendong tubuh Bi.
Kini, Bi sudah berpindah pada kursi roda tanpa mengenakan baju pasien lagi. Akhirnya Bi boleh pulang hari ini.
"Gak ada yang sakit, kan, Bi?" tanya Surya memastikan dan Bi menggeleng.
"Enggak, kok, Kak."
COULD YOU?
"Kak. Berhenti dulu!" seru Bi. Sontak, Surya yang mendorong kursi roda pun berhenti.
"Buat semua Dokter dan perawat yang merawat saya, saya ucapkan terima kasih banyak. Hari ini saya akhirnya dinyatakan pulih dan boleh pulang, tapi sebelum itu-" ucap Bi terjeda.
Bi mengambil kotak yang sedari tadi dibawa Serga. Banyak sekali plastik persegi yang berisi polaroid, gantungan kunci berupa kamera, dan biskuit harimau cokelat.
Gadis itu pun membagikan bungkus plastik persegi itu pada setiap dokter dan perawat yang ada.
"Ini tanda terima kasih saya ke semua tim medis. Semoga polaroid dan gantungan kunci ini bisa jadi kenangan buat semuanya, kalau dokter sama para perawat di sini pernah ngerawat saya." Bi memperlihatkan wajah senangnya.
"Wah, terima kasih Abigail!"
"Pinter ngefoto, toh! Cantik hasilnya."
"Lucu banget kenangannya. Sehat terus ya, Neng!"
"Cepat pulih, ya, Bi. Kami semua seneng ketemu sama pasien yang baik kayak kamu," ucap Dokter Dendi, Dokter yang selalu menangani Bi.
Bi mengangguk setuju.
"Udah, kan, Bi? Kalau begitu, kami pamit pulang dulu." Surya tersenyum dan berpamitan.
COULD YOU?
Kini, Bi berada di mobil Haniel. Namun, Junior yang berinisiatif mengemudikan mobil dari kakak kedua Surya itu.
Dan di kanan Bi ada Surya yang bermain ponsel, juga di sisi kiri nampak Haniel yang serius akan ponselnya juga.
Mobil Alphard yang dinaiki Bi sangat sunyi. Suasana canggung ini agak mengusiknya, hingga Bi mengayunkan pelan kedua kakinya. Awalnya agak kaku, karena selama sebulan lamanya Bi hanya terbaring. Jadi, ia memakluminya.
Take my ay ay hand soneul nohjima~
Dering telepon Junior terdengar dan memecah keheningan. Tangan kiri Junior meraihnya, lalu menekan tombol hijau dan loud speaker.
"Napa Nur?"
"Ini kita ke arah rumah siapa, Bang?"
"Ke arah rumahku aj-"
"Apartemen gua." Suara Junior memotong kata-kata Bi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You? (on Hold)
Teen FictionON HOLD Walau terlihat sederhana dengan kamera yang selalu dipegang, kehidupan perempuan yang kerap dipanggil Bi itu tak sesederhana itu. Memang berat. Namun, semenjak dentuman bola basket menarik perhatiannya saat ia berjalan melewati aula basket...