Debat

24 6 0
                                    

"Bosen."

Junior mendongakkan kepala setelah satu jam lebih melihat media sosialnya.

Junior menatap Bi yang kini menunduk kepala dan memanyunkan bibirnya. Jujur saja, perempuan itu tampak imut bak anak sekolah dasar.

"Lo bosen?" tanya Junior dan Bi menganggukkan kepala.

"Em, boleh ke taman?" tanya Bi meminta izin.

Junior mengerutkan jidatnya. Seingatnya, dokter masih belum mengizinkan Bi beranjak dari brankar, karena tulang rusuk Bi masih belum membaik.

Junior memberi jawaban dengan menggelengkan kepala. Membuat Bi memiringkan kepalanya heran. "Kenapa gak boleh?"

"Dokter belum kasih izin ke lo buat keluar kamar." Junior pun kembali bermain dengan ponselnya.

Bi menghela napas berat. Jujur saja, ia sangat amat bosan disini.

Sudah empat hari Bi menginap disini, tetapi kegiatannya benar-benar terbatas. Ia hanya disuruh beristirahat dan beristirahat. Bi sekarang merasa bahwa beristirahat saja membuatnya lelah. Ini yang alasan mengapa Bi tak mau ke rumah sakit walau sering mengalami luka. Membosankan!

"Kalau minta izin ke Kak Surya, pasti dikasih izin," lirih Bi dengan manyun.

Bi berharap jika Surya ada disini. Pasti pemuda itu mengizinkannya untuk bisa keluar dari kamar ini. Namun sayang, Surya sedang berurusan dengan sekolah hingga tak bisa menemaninya di tempat ini.

"Gak mungkin, lah," celetuk Junior tanpa mengubah pandangannya dari ponsel.

Bi berdecih. "Emang kamu tau, kalau Kak Surya bakal gak ngebolehin?"

Junior memindahkan tatapan datarnya pada Bi dan mengangguk.

"Surya, kan, selalu berusaha jagain lo, biar lo gak kenapa-napa," terang Junior.

Memang benar perkataan Junior, kalau Surya selalu berusaha menjaga Bi dimanapun dan kapanpun waktunya. Surya memang sesayang itu pada Bi, sang adik kelasnya.

"Kalau kamu yang lagi jagain aku sekarang. Apa kamu juga berusaha jagain aku? Terus, kamu beneran tulus gak jagain aku?" tanya Bi dengan raut wajah polosnya.

Junior membelalakan matanya dan membuang muka. Tak tahu mengapa, pertanyaan ini membuatnya menciut. "Udah, ah. Lo ba-banyak tanya."

Bi yang mendengar hal itu, hanya bisa mencebikkan bibirnya.

Take my ay-ay hands, soneul nohji ma~

"Halo?" Junior mengangkat telepon dari seseorang.

"Hah? Wait." Junior menyalakan speaker dan berdiri, berjalan menuju samping ranjang Bi.

"Sur. Lo mau ngomong apa?" tanya Junior saat sudah sampai di samping kiri Bi.

"Halo, Bi? Masih melek, kan?" tanya Surya disebrang telepon.

Bi mendekat ke arah ponsel Junior berada. "Hai, Kak. Aku masih melek, kok. Kenapa, Kak?"

"Kamu lagi bosan, ya? Kalau iya, Kakak-"

"Kakak bakal izinin aku buat jalan-jalan?" seru Bi yang sudah berekspektasi tinggi.

"Mana ada? Kakak belum bisa izinin kamu keluar dari Kasur. Kakak belum terima informasi tentang Tulang rusuk kamu membaik." Mendengarnya, Bi menghembus napasnya perlahan. Ia kecewa.

Melihat hal itu, Junior agak merasa sedih juga melihat Bi yang bosan sekali. Namun bagaimanapun juga, ini demi kesehatan dan pemulihan Bi agar semakin cepat.

Could You? (on Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang