"Eh guys! Ada pihak kepolisian pada datang ke sini!"
Riuh panik setiap kelas mendengar siapa yang tiba-tiba saja datang ke sekolah mereka ini.
"Demi apapun, gua ini anak baik-baik, loh!"
"Mama, Aulia takut ada polisi."
"Semoga aja gua gak ditangkep," pinta Nur.
Lantas Juan mengernyit. "Emang lo ngapain?"
"Ngutang di Bibik tapi lupa gak bayar sampe sekarang."
Plak!
"Bego lo emang."
"Lo berdua pada mau ikut kagak?" tawar Surya.
"Hah? Kemana?"
"Lihat pertunjukkan drama terbaru."
COULD YOU?
Ting!
"Sekarang, Jun."
Junior spontan mengangguk setelah membaca pesan singkat dari Haniel.
"Kamu kenapa, Jun?" tanya Bu Tasya selaku guru BK.
"Oh, gak apa Bu," jawab Junior seadanya.
Bu Sandra menghela napas. "Jangan diulangi lagi, Dena. Sekolah benar-benar menutup banyak kasus kamu di sini. Mama sudah berusaha bayar orang buat kamu tetap aman di sini, sesuai permintaan Papa kamu. Jadi tolong, jangan bertingkah lebih la-"
"It's too late," bisik suara rendah Junior sebelum—
"Angkat tangan!"
Dena dan Bu Tasya terlonjak kaget dan mundur beberapa Langkah.
"Apa-apaan ini?" seru Sandra tak paham.
Namun tiada yang mau menjelaskan saat Dena dan Tasya diborgol oleh pihak kepolisian. Keduanya meronta-ronta meminta dilepaskan.
"Akhirnya ketangkep juga dua ingusan ini."
"Azka?"
Benar. Azka Prartha lebih lengkapnya, kini berjalan memasuki ruangan BK. Aura yang mencekam datang bersamaan dengan hadirnya Azka dengan seragamnya itu. Dengan isyarat, kedua petugas polisi memaksa Dena dan Tasya bersujud dengan lutut.
"Gimana? Have fun banget, kan? Udah berapa tahun, ya?" Suara itu Nampak bersahabat kedengarannya.
"Semenjak lo selingkuh sama Papa gua, terus semenjak lo racunin Bunda gua dan anak itu hilang. Jadi totalnya berapa?" tanya Azka pura-pura mengingat.
"Empat belas? Kayaknya mau lima belas tahun sih," simpul Azka sendiri dengan kekehan kecil.
"Lumayan banyak, ya? Belom lagi nih anak ngaku-ngaku anak kandung Papa gua," ucap Azka mengelus puncak kepala Dena. Yang kemudian Azka jambak kuat.
"Anjing! Lepasin!" ronta Dena kesakitan.
"Azka! Lepasin tangan kamu dari anak saya!" seru Tasya pekik.
Azka melepas tangannya. "Oh-oh-oh. Oke, oke. Gua bersyukur lo sadar diri, kalo nih anak itu anak lo sama customer lo."
"Tapi kayaknya sadar diri lo masih secetek itu, sampai-sampai lo datang lagi di depan muka Papa gua dan minta pekerjaan. Kalo gua jadi elo, mending gua ke neraka, sih."
Azka berbalik dan menatap jendela yang ada di ruangan itu dan memandang langit dari dalam.
"Gua heran juga sama Papa. Kok masih mau kasih kesempatan buat medusa modelan lo ini. Dan Papa gua berharap lo bakal berubah. Sebaik itu Papa gua. Ya mungkin ketularan Bunda, ya? Eh, Ternyata malah plot twist."
KAMU SEDANG MEMBACA
Could You? (on Hold)
Fiksi RemajaON HOLD Walau terlihat sederhana dengan kamera yang selalu dipegang, kehidupan perempuan yang kerap dipanggil Bi itu tak sesederhana itu. Memang berat. Namun, semenjak dentuman bola basket menarik perhatiannya saat ia berjalan melewati aula basket...