4

3.5K 419 59
                                    

Tak pernah Hana bayangkan akan jadi tontonan aneh beberapa orang yang keluar masuk butik, ketika tahu dia tak membawa calon suaminya. Bisikkan iba ia dengar dari mulut-mulut pegawai butik yang tahu akan permasalahannya. Sang desainer yang kebetulan sering bekerja sama dengannya sampai harus membawa gadis itu masuk ke ruangannya. Demi hindari komentar yang berpotensi merusak suasana hati sang calon pengantin.

"Minum dulu Han. Kita lanjutin ngobrol dan fittingnya setelah kamu lebih santai." Hana raih air mineral gelas yang tertata rapi pada keranjang besi di atas meja tamu. Ia sedot rakus sampai tersisa seperempatnya. Bukan haus, hanya rasanya ia perlu air tuk tenangkan kesal yang sudah ia tahan sejak berangkat dari rumah.

Papanya kembali permasalahkan calon suaminya yang masih belum sampai Jogja. Dari 14 hari waktu menuju pernikahannya, tinggal tersisa 12 hari. Tama masih belum memberi kabar akan bertandang ke kota kelahiran kekasihnya itu. Tak banyak yang bisa Hana jelaskan, sebab Tama bilang Ica masih sakit. Ia tak bisa tinggalkan gadis itu hanya berdua dengan ibunya. Hana bisa apa?

"Tunggu disini, aku ambilkan kebaya dan beskap untuk pemberkatan yang sudah sesuai pengukuran terakhir ya." Hana mengangguk patuhi apa yang Mbak Ira bilang. Wanita cantik itu melenggang pergi keluar dari ruangannya. Sementara itu Hana hanya diam dalam ruangan wanita itu, menatap pada gambar desain pakaian yang sudah Ira rampungkan. Gadis itu berdecak kagum, tak salah ia pilih Ira sebagai desainer pakaian pernikahannya.

Wanita yang lebih tua itu kembali masuk, membawa mannequin dengan kebaya berwarna putih, diikuti salah satu pegawainya yang turut membawa boneka peraga itu dengan pakaian adat untuk mempelai pria. Hana berdiri, menatap kagum pada kain brokat yang dijahit dengan begitu rapi. Potongannya sesuai dengan keinginan yang ia mau, namun baju tentu harus dicoba dahulu.

"Coba kamu pakai dulu, siapa tahu mau ada yang dikecilkan atau kurang besar mumpung masih ada waktu." Hana mengangguk lalu mengikuti perempuan yang hendak menolongnya dalam memakai kebaya cantik itu.

" Hana mengangguk lalu mengikuti perempuan yang hendak menolongnya dalam memakai kebaya cantik itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana masuk dalam ruangan fitting sendiri. Ia lepas pakaiannya lalu kenakan kebayanya perlahan takut merusaknya.

"Mau dibantu mbak?" Tanya pegawai Ira dari luar.

"Saya kesulitan pakai jariknya mbak, boleh tolong bantu saya?"

"Mbak keluar dulu saja, celananya tidak usah dilepas. Kan cuma pakai legging kan?"

"Iya mbak."

Hana menurut ia keluar dengan kebaya yang sudah pas melekat pada lekuk tubuhnya. Ia menyesal memakai atasannya terlebih dahulu saat tadi perempuan itu tawarkan untuk bantu pakai jariknya terlebih dahulu. Wanita itu dengan cekatan melebarkan kain jarik tersebut lalu melilitkannya dengan rapi pada pinggang Hana, tak lupa dengan kain stagen merah yang kini seolah menarik lemak perutnya dengan kencang. Hana sampai kesesakkan. Bayangkan beberapa jam memakai kain-kain tersebut apakah ia sanggup? Namun wajah Tama terbayang melintas di kepalanya. Kalau dia cantik Tama pasti senang.

Thick As ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang