35

3.9K 377 46
                                    

Satu kantor dibuat pusing kala ibu hamil itu minta dibelikan martabak keju. Permintaannya gak susah sih, tapi masalahnya tukang martabak mana yang buka siang bolong begini? Candra sampai punya ide untuk bikin martabak sendiri saja terus tinggal jangan bilang itu martabak bikinan sendiri, tapi rencananya keburu ketahuan Hana. Kini wanita itu malah merajuk dan mogok berbicara dengan teman setimnya.

"Mbak Hana, makan siang dulu yuk?" Ucap Nawang sambil menyandarkan dagunya pada kubikel Hana. Hana tetap diam, matanya fokus pada layar laptopnya.

"Mbak, Nayla mau traktir tuh. Jarang-jarang kan di traktir itu bocah." Tak jauh dari sana Nayla tersenyum manis sambil mengedipkan kedua matanya lucu saat Hana meliriknya.

"Mau ditraktir apa emang?" Tanya Hana masih ketus.

"Mbak maunya apa?" Hana melirik kedua gadis itu tajam, lalu menggeleng. Wanita itu berdiri merapikan barang-barangnya lalu mengangkat tas jinjingnya. Nawang dan Nayla langsung sigap meraih tasnya masing-masing bersiap mengikuti Hana. Sudah jadi tugas tambahan untuk mereka mengawasi Hana. Takutnya Hana bertingkah aneh kan Renata sedang meeting di luar.

"Kali ini kalian yang ditugasin Renata buat ngikutin aku?" Kedua gadis itu mengangguk.

"Jauh loh makan siangnya." Keduanya saling menatap lalu mengangguk yakin lagi.

"Gak apa-apa mbak, kita naik mobilku aja biar lebih aman," ucap Nawang. Hana tersenyum tipis lalu berjalan mendahului kedua gadis itu. Persis seperti putri dengan dayang-dayangnya.

Tak pernah Nawang duga, jauhnya makan siang itu ternyata ke warung sate dekat rumah sakitnya Mahesa. Masalahnya Hana minta kesana karena mau ketemu suaminya, mereka kan gak mau jadi nyamuk di tengah siang bolong begini.

"Kalian pesan dulu aja, aku nyeberang ke rumah sakit dulu ya," ucap Hana. Nawang melirik Nayla, mengkode gadis itu agar langsung mengikuti Hana. Nayla langsung berdiri untuk menemani kakaknya itu.

"Mbak, aku temenin. Bahaya nyeberang sendiri." Hana mendengus.

"Aku masih bisa nyeberang sendiri Nay, hamil bukan berarti gak bisa apa-apa." Nayla menggeleng ribut.

"Gak mbak, pokoknya harus tetap Nayla temani. Nanti kalo Mbak Ren tahu gaji Nayla dipotong." Hana menghela nafasnya kasar. Sepertinya dia akan memarahi Renata nanti karena sudah mengancam anak orang untuk kepentingan sesuatu.

Hana berjalan menyusuri trotoar, kemudian ia berhenti di depan zebra cross menunggu jalanan sepi. Nayla di sebelahnya menggamit tangan Hana agar tak terlalu jauh. Keduanya menyeberang perlahan dengan selamat. Wanita itu tersenyum senang menyapa para karyawan yang mengenalinya sebagai istri Mahesa.

"Mbak, Mas Mahes sudah tahu mbak udah sampai?" Hana menggeleng singkat.

"Kan ini kejutan Nay." Nayla menatap Hana cengo, dia kira suaminya Hana sudah tahu.

Hana tampak memainkan ponselnya beberapa saat, baru setelahnya ia menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Kenapa sayang? Sudah makan?"

"Aku di rumah sakit."

"Kamu kenapa? Di rumah sakitku kan? Kamu dimana? Di UGD? Aku kesana tunggu dulu."

"Ih aku di parkiran mas, kamu jangan panik gitu dong."

"Tunggu aku kesana."

"Gak usah lari-lari aku gak kenapa-kenapa cuma mau makan siang sama suamiku aja."

"Sayang aku kira kamu sakit." Hana terkekeh.

"Nggak kok aku tunggu ya."

Nayla melirik Hana iri, "Mbak Hana bikin Nayla kepengen deh."

Thick As ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang