12

3.8K 477 35
                                    

Hana sangat menyesal tak mempersiapkan pakaiannya sebelum berangkat kerja tadi pagi. Kini ia kebingungan mencari dress yang akan ia pakai. Ia juga lupa menanyakan Mahes akan pakai baju warna apa. Rasanya begitu kacau persiapannya karena meeting yang molor lama dari waktu perkiraan. Hana jadi pulang lebih sore, langsung pulang naik ojek karena Mahesa juga masih di Rumah Sakit. Mungkin pria itu juga sama-sama sedang kacau.

"Han mandinya sudah belum? Nih ketemu di lemari Mama. Kamu nih kebiasaan baju dititip-titipin jadinya begini." Omel Chitra dari dalam kamar Hana. Gadis itu baru saja keluar, aroma sabunnya masih begitu semerbak di penciuman. Ia meringis menatap mamanya yang sudah berkacak pinggang.

 Ia meringis menatap mamanya yang sudah berkacak pinggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Janjian jam berapa?"

"Jam 7 Ma." Chitra menggeser matanya menatap jam dinding yang bertengger di atas meja belajar.

"Sekarang setengah 7 lo, malu lah masa yang jemput nungguin. Buruan mama bantuin, pakai bajunya nanti aja. Kamu make up sendiri, mama tata rambutnya." Hana mengerucutkan bibirnya.

"Jangan digulung ya ma rambutnya." Chitra berdecak.

"Nurut aja, ini udah yang paling bagus dan simple." Hana manyun, ia memilih memakai base skincarenya terlebih dahulu.

Sepanjang persiapannya Hana terus melirik jam dinding, sebab waktu terasa begitu cepat. Chitra menyisir lagi anak rambut putrinya yang terus berjatuhan.

"Kasih hairspray dikit ya?" Hana mendelik, ia malas keramas lagi nanti malam. Maunya pulang langsung tidur.

"Gak usah ma, nanti harus keramas lagi."

"Jelek nih berantakan."

"Gak apa-apa ma." Chitra berdecak, tak mau memperpanjang lagi. Ia semprotkan setting spray sebagai sentuhan akhir dari make upnya. Ketukan di pintu kamar Hana kejutkan kedua wanita itu. Johan muncul dengan kepala menyembul dari balik pintu.

"Ma, temenin aku makan." Hana berdecih.

"Udah ma aku bisa pakai bajunya sendiri kok, temenin pacarnya dulu tuh." Johan memutar bola matanya kesal.

"Lagian kamu kebiasaan, apa-apa itu disiapin dulu." Hana menghela nafasnya, salah memang kalau cari perkara dengan Johan. Chitra mendelik ke arah Hana, mengode gadis itu agar tak memperpanjang. 

Kedua orangtua itu keluar tak mau mengganggu persiapan putrinya. Hana memakai dressnya sedikit kesulitan. Ia meraih ponselnya, matanya terbelalak saat Mahesa memberi kabar 15 menit yang lalu kalau sudah di jalan. Tangan Hana bergerak makin cepat berusaha meraih resletingnya di belakang punggung. Sementara itu kakinya bergerak menarik sepatu berhak tinggi yang sudah ia letakkan di lantai kamarnya. Hana kalau sudah terburu bisa lakukan apa saja dalam satu waktu.

"Han, Mahesa sudah datang!" Teriakan mamanya buat kaki tangannya bergerak kian cepat. Ia berdiri lagi di depan kaca berusaha mengoreksi tampilannya. Polesan lipgloss di bibir jadi pilihan terakhirnya untuk mengakhiri persiapannya. Ia meraih clutch bag yang sudah ia siapkan, memasukkan ponsel beserta dompetnya kesana.

Thick As ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang