18

3.9K 419 93
                                    

Berita lamaran sudah terkirim sampai ke telinga Renata. Gadis itu kini tampak antusias menunggu Hana yang masih berada di luar untuk meeting dengan client. Renata sibuk memainkan ponselnya, bertukar kabar dengan Laksa yang juga baru tahu soal berita itu dari Mahesa. Jadi sumber informasinya Renata dari siapa? Ya dari Mahesa.

"Ngapain Ren?" Renata berjenggit kaget, dia memutar tubuhnya. Wajahnya langsung ceria begitu melihat Hana yang tampak baru sampai rumah.

"Udah beres meetingnya?"

"Naikin gajiku karena kerja di hari Minggu." Renata terkekeh.

"Boleh nanti ya buat amplopan resepsi. Hanaa kenapa gak langsung cerita sihh kalo udah mau lamaran!" Pekik Renata nyaring. Hana sampai harus menutup kupingnya, untung Aiden sedang pergi ke Gembiraloka dengan orangtuanya jadi anak itu tak akan terganggu oleh kerombengan mulut Renata.

"Berisik Ren! Nanti papaku ngamuk tahu rasa kamu!" Renata berdecih.

"Orang Om sama Tante pergi kok nyusulin Mas Hendra ke Gembiraloka. Makanya nih aku disuruh jagain rumah karena kamu katanya bentar lagi pulang." Hana berdecak sebal, ia mendudukkan tubuhnya di sofa kosong.

"Tahu gitu tadi aku sama Mas Mahes bablas ke Gembiraloka aja." Renata cemberut.

"Tega banget sih Han. Mana Mas Mahesnya? Sekalian ku interogasi."

"Sudah pulang, mau ke RS ada panggilan." Renata mengangguk.

"Calon pengantin pada rajin-rajin amat Hari Minggu kerja. Biaya nikah mahal ya makanya pada semangat kerja?"

"Iya, makanya besok pas rangkaian acara nikahannya kasih diskon ya. Diskon karyawan teladan nih."

Renata terkekeh, "Resepsi gratis tenang aja, karena nikahnya sama Mas Mahes. Mau nikah dimana? Di hotel? Renata yang tanggung. Hadiah nikahan karyawan terbaik." Hana tertawa geli.

"Ya gak gitu juga, aku walaupun dikasih gratisan masih tahu diri."

"Iya deh, lamaran mau dibantuin juga gak?" Hana menggeleng.

"Nggak Ren, cuma mau sederhana kok. Kayanya juga lamaran mau di rumah Eyang. Sudah di booking duluan." Renata mengangguk paham.

"Kalau ada yang perlu dibantu kasih tahu aja" Hana mengangguk.

"Kok kamu disini sih Ren? Katanya mau ke gedung?" Renata meringis. Spontan saja dia pergi meninggalkan pekerjaannya begitu dapat kabar baik dari Laksa.

"Han? Udah beres kan kerjaannya?" Ragu-ragu Hana mengangguk.

"Yaudah ikut aku yuk, kan ini juga clientmu. Cinta pertama di SMA lagi. Ya?" Hana berdecak sebal.

"Nanti Pak Johan marah lo rumahnya gak ada yang jaga." Gadis itu berdecak sebal.

"Aneh banget deh Pak Johan, rumah kan gak akan kemana-mana ngapain pake dijagain." Protes Renata. Hana meringis, bagaimanapun juga titah papanya harus dijalankan. Kalau Johan tahu dia pergi dengan rumah yang dibiarkan kosong bahaya nanti.

"Ini beneran urusan kerjaan kan Ren? Kamu gak akan aku bawa nongkrong?" Renata mengangguk heboh. Hana sedikit tak percaya, sebab Renata sering sekali membohonginya. Katanya urusan kerja ternyata malah nongkrong, nonton, mengajaknya berbelanja. Gimana gak ngamuk Pak Johan.

Hana mendial nomor telepon papanya, menunggu hingga nada dering berhenti dan berganti jadi suara berat papanya.

"Kenapa Han? Sudah di rumah?"

"Papa, Hana ke Ambarrukmo dulu ya. Mau monitoring venue client. Acaranya besok pa." Renata menatap Hana penuh harap. 

"Oh ya gak apa-apa, papa putar balik aja kalo gitu. Rumahnya kosong, nanti kalo ada tamu gak ada yang nerima." Renata tampak tak enak hati.

Thick As ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang