32

4K 372 33
                                    

Mahesa telah lulus mendapat sertifikat pribadi dari istrinya, soal keberhasilannya dalam merawat Hana hingga wanita itu bisa sehat kembali. Kini Hana sudah mampu kembali dihantam berbagai pekerjaan. Sejak sampai kantor telepon dan handphonenya tak berhenti berdering. Telepon kantor jelas dari client dan vendor, kalau handphone deringnya dari sang suami. Repot sekali minta laporan tiap 30 menit. Sebenarnya Mahesa belum mengijinkan Hana untuk bekerja sebab wanita itu baru sembuh semalam, namun Hana terus merengek minta diperbolehkan untuk bekerja. Disinilah Hana sekarang, terjebak dalam pertengkaran calon pengantin. Sendirian. Maksudnya dia hadapi sendirian.

"Kalo bukan karena disuruh mama gak akan mau aku kesini!" Ucap seorang gadis dengan begitu ketus. Lelaki di sebelahnya tampak begitu kesal.

"Lo kira gue mau? Menikah sama cewek yang udah bikin pacar gue patah hati!" Oh jadi perjodohan, Hana hanya terdiam menatap dua remaja di hadapannya. Ia tebak usianya baru di awal dua puluhan sebab keduanya bilang baru saja pulang kuliah. Ah dia jadi merasa iba, seharusnya mereka bisa menikmati masa muda dulu. Menikah itu enak kalau dengan orang yang tepat, kalau begini kan ya bagaimana?

"Mbak, Mas duduk dulu yuk." Hana yang lebih tua jadi merasa bertanggungjawab menengahi pertengkaran keduanya. Untung mereka mau mendengarkan. Gadis dan lelaki itu duduk dengan tenang meskipun matanya masih terus beradu.

"Sudah? Minum dulu aja biar lebih tenang." Pinta Hana. Keduanya menurut, meneguk minuman di hadapannya dengan rakus. Bahkan sampai mengalir ke leher. Hana berdecak, sepertinya mereka baru saja mengalami hari yang berat.

"Sudah?" Keduanya mengangguk.

"Oke saya mulai ya, disini saya perwakilan event organizer yang akan membantu pesta pertunangan mbak dan mas. Terakhir kali saya komunikasi dengan Ibu Vanya—"

"Itu mama saya mbak." Sahut si lelaki. Hana tersenyum mengangguk.

"Ya, beliau minta saya bertemu dengan kalian agar lebih enak diskusinya soal pesta yang kalian mau." Keduanya terdiam, menatap Hana datar.

"Oke tapi sepertinya ada masalah pribadi yang harus kalian luruskan dulu ya, saya gak masalah kok kalau kalian mau selesaikan dulu terus kita reschedule untuk pertemuan berikutnya."

Keduanya saling menatap, hingga dengusan keras lolos dari bibir gadis itu.

"Mbak, reschedule aja deh. Tapi maaf ya mbak kalo misalnya kita malah gak jadi kerjasama nantinya." Hana meringis ia mengangguk, paham bahwa mereka sama-sama tak menginginkan ini terjadi. Sepanjang kariernya baru kali ini Hana bertemu pasangan dengan kasus perjodohan begini. Biasanya clientnya itu pasangan normal yang sama-sama bersemangat untuk mewujudkan pernikahan impiannya. Tahu ada pasangan semacam ini membuat dia jadi sangat bersyukur sebab soal jodoh dia sedikit di mudahkan, meskipun melalui cobaan berat.

"Ini udah beres kan? Kalo gitu saya pergi ya mbak, pacar saya belum dijemput." Hana melirik ke arah gadis itu, tatapannya tampak begitu sinis.

"Ngapain lo gitu ngeliatinnya!" Bentak lelaki itu. Hana memejamkan matanya bersiap menanti ledakan emosi lagi dari muda mudi di hadapannya.

"Ya aku punya mata! Kenapa gak boleh?" Lelaki itu melayangkan kedua tangannya seolah hendak memukul si gadis. Hana terbelalak buru-buru ia berdiri hendak lindungi gadis itu. Jangan sampai ada adegan penyiksaan di depan matanya, bisa trauma seumur hidup Hana.

Tapi ketakutan Hana tak terbukti kala lelaki itu hanya meremas tangannya di depan wajah gadis itu, seolah gemas sekali ingin mencakarnya namun ia tahan. Gadis itu menjulurkan lidahnya menantang lelaki itu.

"Sampe berani nyentuh sedikit aja kulitku, aku laporin ke mamamu! Dasar cowok kasar!" Ucapan gadis itu menyulut amarah si lelaki. Ia menendang kursi sedikit kencang hingga timbulkan suara gaduh. Beberapa pelanggan cafe melirik ke arah mereka, Hana hanya meringis berbisik bahwa tidak akan ada hal yang perlu dikhawatirkan. Padahal dia sendiri mulai pening, kepalanya berdenyut tak sanggup hadapi amarah remaja di depannya.

Thick As ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang