15

4.4K 424 37
                                    

Hana menyerah pada komputer yang lelet sejak tadi. Gadis itu memilih untuk bersandar dulu di punggung kursi kerjanya. Menggeser kursi beroda itu menuju kubikel milik Nawang untuk mengobrol sebentar.

"Na mau jajan gak?" Nawang menghentikan jemarinya di atas keyboard, mengalihkan atensi sepenuhnya pada senior yang tampak begitu lesu.

"Mau minta tolong Mas Nanang aja mbak?" Hana menggeleng.

"Jangan deh kasihan sudah lewat jam istirahat. Order online aja yuk?" Gadis itu mengangguk.

"Mau apa mbak? Aku punya voucher banyak nih."

"Apa ya, panas-panas begini enaknya apa cemilan buat rame-rame?" Nayla yang kebetulan baru balik dari mesin fotocopy langsung hampiri mereka. Ya namanya juga bocah, dengar ada yang mau jajan girang.

"Ih Mbak Hana mau jajan ya sama Nawang? Aku juga mau dong bobaa. Enak pasti siang-siang gini minum boba, terus cemilannya dessert box manis. Jadi gak suntuk!" Nawang melengos.

"Diabetes gula mulu." Nayla mengerucutkan bibirnya.

"Ya udah boleh tuh boba Na, aku brown sugar yang lain ditanya tuh mau apa," ucap Hana.

"Aku mau cookies and cream terus bobanya ekstra, pakai cream cheese ya toppingnya." Nawang berdecak sambil menekan layar ponselnya.

"Selera bocah begini nih." Nayla berdecih.

"Candra mau apa itu? kita mau order Boba. Bareng sekalian aja," ajak Hana.

Setelah beberapa minggu bekerja, Hana mulai sering mengobrol dengan Candra. Sejauh ini sih Hana masih belum bisa memberi kesan apapun pada gadis itu, sebab Candra juga masih segan padanya. Hana akui gadis itu walaupun suka telat, anaknya ternyata rajin. Pulang pasti paling terakhir, entah karena pekerjaan yang banyak atau memang malas pulang saja. Menurut Nawang, Candra itu orang Solo. Kabur dia ke Jogja karena disuruh lanjut S2.

"Aku cappucino aja gak usah pakai topping." Nawang mengerutkan keningnya.

"Tumben, biasanya seleramu 11 12 sama Nayla." Candra meringis.

"Lagi gak banyak makan manis-manis banget mbak, lagi diet." Hana melirik Candra, mendikte tubuh gadis itu yang terhalang meja.

"Memangnya mau diturunkan jadi seberapa lagi Can?" Tanya Hana. Candra itu sudah kurus kok, bahkan sama Hana sepertinya kecilan Candra. Jadi apa yang mau dikecilkan lagi?

"Betisku gede banget mbak kaya pemain bola. Ini kayanya gara-gara jogging terus deh jadi gede begini." Hana meringis kalau dia boro-boro diet, baru keluar kantor saja Mahesa sudah mengajaknya makan. Mana bisa dia tolak kalau yang dibelikan Mahes itu bebek bumbu madura, ayam geprek, bakso, mi ayam, mana tahan Hana.

"Gak ada yang merhatiin betis Can. Kalo pengen boba gak apa-apa kali." Ucap Nayla.

"Dih sok ngasih tahu si Nayla." Nayla mengerucutkan bibirnya.

"Apa sih Nawang!" Hana terkekeh, Nawang dan Nayla ini tingkahnya seperti kucing anjing. Ribut terus.

"Mas Adi mau apa mas?" Pria itu tak menjawab. Hana menghela nafas. Ia berdiri menepuk pundak pria itu yang tampak terkejut sebab sejak tadi memakai headphone.

"Eh kenapa Han?"

"Mas Adi mau pesan apa ini? Pada mau beli bobaa!" Teriak Nawang. Pria itu terkekeh.

"Americano aja, galak banget nih Nawang belum gajian ya?" Nawang berdecih.

"Iya tanggal tua makanya bawaannya mau ngomel." Adi mengulum bibirnya, takut dimarahi Nawang. Biarpun Nawang jauh lebih muda kalau marah seram, satu kantor bisa kena.

Thick As ThievesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang