06. Sensi

47 10 1
                                    

Berbulan-bulan telah berlalu, Cavendish jadi lebih sering membuatmu emosi. Untung saja ada Bartolomeo yang siap siaga melindungimu. Tapi, kamu merasa tidak enak sebab Cavendish dan Bartolomeo sempat bermusuhan selama tiga hari.

Kamu duduk berdua bersama kembaranmu di kantin, mengetuk-ngetuk kaki ke lantai sambil menopang dagu. Sementara itu, tatapanmu jatuh pada makanan manis yang diberikan Bartolomeo padamu.

Lihatlah, apakah kembaranmu itu peduli dengan diamnya dirimu? Tentu saja tidak.

"Kenapa gak cerita-cerita?"

Oh, ternyata kembaranmu masih mengumpulkan niat untuk bertanya tadi. Kamu menoleh, merasa cukup senang karena kali ini kembaranmu yang lebih dulu berbicara. "Menurut lo, apa gue harus pindah kelas?"

"Lah? Kenapa pindah kelas? Lo masuk jurusan TKJ-1. Harusnya lo bangga masuk kelas itu, berarti otak lo pinter. Jangan bikin orang tua orang lain jadi ngebandingin anaknya sama lo deh," balas Law.

Sepasang anak kembar ini memang memiliki otak yang jenius. Selain bisa olahraga, mereka juga cepat bisa pada hal yang mereka sukai.

"[NAME]! TAS LO DIGANTUNG DI DEPAN FOTO PRESIDEN!" Lelaki berambut pirang lain dengan bekas luka di matanya berteriak, mencarimu.

Imajiner perempatan muncul di dahimu, tanganmu mengepal dan rahangmu mengeras. Kamu langsung berdiri dan berlari ke kelas.

Pemuda berambut pirang menunjuk makanan yang ada di atas meja bekas [Name] tempati. "Makanan siapa tuh?"

"Makanan punya temen lo," jawab Law singkat. Pemuda pirang itu langsung tersenyum lebar dan memeluk semua makanan yang ada di atas meja tempat pemuda berambut hitam itu duduk.

"WOI! BEKAL GUE JANGAN DIBAWA JUGA!"

×××

"Sabo cepu!" Cavendish merajuk. Di dahinya terdapat benjol kemarahan yang berasap akibat pukulan tenaga super dari gadis bendahara itu, kamu.

Bartolomeo menoleh ke arah Sabo, merasa mengenali makanan itu, ia bertanya, "Itu makanan beli dari mana?"

"Gak tahu. Kata Law ini makanan punya Ibu Bendahara," jawab Sabo sambil melahap berbagai macam makanan manis itu.

"GUE ADUIN PACAR LO, YA, SEENAKNYA NGAMBIL MAKANAN PUNYA PACAR ORANG!" Kini Bartolomeo yang emosi, ia berdiri dan berkacak pinggang.

"Emang gue punya pacar?" tanya Sabo. Bartolomeo menjawab, "Enggak."

"Emang [Name] pacar lo?" Kali ini, Cavendish yang bertanya. Bartolomeo menoleh, kembali duduk barulah menjawab, "Bukan juga."

Cavendish cengar-cengir tidak jelas, ia langsung berdiri dan duduk di atas meja yang ditempati Sabo untuk belajar. "Berarti, makanan ini punya kita semua."

Cavendish mencomot sebiji makanan berukuran panjang dan kecil. Ia kemudian melihat ke arah [Name] yang sedang menulis tugas. Yah, kelas mereka lagi-lagi mendapat jamkos dan guru memberi tugas.

"Eh, itu pulpen punya gue bukan, sih?" tanya Cavendish, mulai beraksi untuk memancing emosi gadis itu lagi.

"Apa lo?! Mau nyolong pulpen gue lagi, iya?! Enggak cukup pulpen gue lo ambilin semua sampai tempat pensil punya lo penuh, iya?!" Kamu sewot.

"Demi apapun kenapa lo sensi banget sama gue?"

"LO YANG MULAI!" Satu kelas menjawabnya.

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang