26. Naksir

11 3 0
                                    

"Jadi, alasan lo lihatin Ace dan Isuka yang pegangan tangan apa?" tanya Cavendish. Lagi-lagi kalian berdua menunggu jemputan di bangku depan sekolah. Kali ini ditemani es krim dengan rasa kesukaan.

Seraya menggigit sendok es krim, kamu mendongak ke atas, menatap langit jingga. "Kadang gue suka baper lihat orang lain pegangan tangan, atau cowok yang rangkul ceweknya, terus hidung cewek yang disentuh cowok, kening cewek yang disentil cowok, kayak.. lucu aja gitu."

"Oh." Cavendish menyandarkan punggung, tangan kirinya ia letakkan di sandaran kursi. Tangan itu menyentuh punggungmu yang bersandar.

"Lo makan es krim pakai satu tangan?"

"Makan es krim sendokan begini pakai satu tangan gimana ceritanya? Dijilat?" tanya balik Cavendish.

"Ya itu, tangan lo yang satu lagi nyender."

Spontan Cavendish melontar senyum yang membuatmu merasa jijik. Pemuda berwajah tampan itu berkata, "Katanya suka baper sama cowok yang rangkul ceweknya. Sekarang baper gak?"

"Idih." Kamu langsung bergeser. Kamu bergeser terlalu jauh sehingga tidak sadar bahwa sudah tidak ada lagi tempat untukmu duduk, alias hampir saja kamu jatuh kalau Cavendish tidak langsung menarikmu mendekat.

"Kalau salah tingkah jangan berlebihan, hampir jatuh lo," tegur Cavendish. Ia menyentil dahimu dengan pelan.

"GESER, CAVENDISH!"

"Baper?"

"Enggak, ini nempel banget astaga. Seragam gue bisa-bisa bau lo.." Kamu tidak terima kalau ada parfum orang lain yang menempel di bajumu. Karena Cavendish tidak kunjung menjauh, maka kamu menggeser tubuh Cavendish. Ya.. sebenarnya tidak ada efek apapun pada pemuda itu.

"EA, UDAH RESMI PACARAN?!"

Jangan tanyakan itu ulah siapa.

×××

Cavendish keluar dari mobil milik kakaknya, ia merasa senang ketika motor kesayangan sudah terparkir dengan tampan di garasi rumah. Ia berlari dan memeluk motor itu, kemudian mencium joknya. "Kekasihku sudah pulang, AAAAAAA!"

"Cari cewek beneran, lo dulu kalau gak sama sepeda, ya pacaran sama motor," tegur sang kakak. Kakaknya itu melempar kunci motor kepada sang adik, diterima dengan baik oleh Cavendish.

Satu tangan memegang setang dan satu lagi memasukkan kunci ke dalam slotnya. Sampai kemudian hidung Cavendish menangkap aroma lain di pakaiannya. Ia mendekatkan hidung, mengendus aroma itu. "Parfum [Name]."

Cavendish tertawa kecil. "Besok marah ke [Name], ah~."

Ia menyalakan motor, menaikinya dan menyalakan berbagai macam lampu yang ada di sana. "Waktunya jadi Cavendish yang ganteng lagi!"

"CAVENDISH, MATIKAN MOTORNYA! SUDAH PETANG BEGINI KAMU MAU KE MANA?! MASUK! MANDI!" Sang ibu berteriak dari dalam rumah. Cavendish turun dari motor, mencabut kunci dan berjalan dengan riang masuk ke rumah.

Saat melewati sang ayah, Cavendish berhenti berjalan ketika ayahnya memanggil. "Cav, kamu beneran pulang petang gara-gara sekolah, 'kan?" tanya sang ayah.

"Ya iya, dong."

"Gak habis pacaran?"

"Cavendish?" Suara sang ibu terdengar, kepalanya menyembul dari dapur. Disusul dengan sang kakak yang turut menyembulkan kepalanya. "Pacaran?"

Cavendish lagi-lagi mencium aroma seragamnya. Telapak tangan kirinya juga terdapat aroma wangi dari body lotion milikmu. "Itu orang pakai parfum sama body lotion berapa botol sampe nempel gini?"

"Pacaran lo?" tanya sang kakak.

Cavendish menoleh. "Tadi gue nungguin jemputan lo bareng temen cewek gue, ya.. iseng aja godain dia. Gak tahu bakalan nempel kayak gini wanginya."

"Tuh, nyebutnya aja udah wangi, udah pasti kamu naksir sama cewek itu!" goda sang ibu.

"Girl friend apa girlfriend?" Sang kakak menaik-turunkan alisnya. Cavendish berdecak. "Naksir?"

Baru kali ini jantung Cavendish berdegup kencang ketika mengendus aroma parfum milikmu. Naksir, ya? Cavendish tidak tahu, tapi rasanya Cavendish jadi semangat sekolah karena ia tahu akan bertemu denganmu.

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang