21. Mantan Gebetan

15 4 0
                                    

Dilihat dari visualnya, Ace terlihat seperti orang yang begitu tenang dan santai. Tapi, kamu baru ingat bahwa kamu dan Ace pertama kali berinteraksi lewat bot, dan isi pesan Ace tidak mencerminkan adanya ketenangan dalam diri.

Hari ini entah untuk ke berapa kalinya Ace bertanya ini-itu tentang materi. Kamu ingat pesan dari sang ayah bahwa jadilah orang baik dengan cara tidak pelit memberi ilmu.

"[Name], ini angka enam dapat dari mana?" Ace mencolek bahu gadis yang ada di depannya dan menunjuk angka enam.

Sabo dengan segala otak cerdasnya menawarkan diri untuk pindah tempat dengan Ace, alhasil pemuda itu duduk tepat di belakangmu. Kamu berbalik untuk menjelaskan, "Itu enam tuh hasil dari tujuh belas kurangi sebelas. Yang sebelas ini dipindah dari Y ke depan angka ini, kalo dipindah jadi minus— Ace, astaga, lo tuh perhatiin materi!"

Bagaimana tidak emosi? Dibanding menatap buku, pemuda itu malah menatap dirimu dengan tangan yang menopang pipi. Mendengus, kamu langsung berbalik ke depan.

Sabo menertawakan dirimu. "Makanya kalo maju tuh pelan-pelan," tegurnya pada Ace.

×××

Saat mencuci tangan di wastafel, kamu sadar bahwa dirimu tidak sendiri di kamar mandi sekolah. Kamu mendongak, melihat pantulan seorang gadis berambut pendek yang ia kenal, itu adalah teman sebangkumu, Isuka.

"[Name]."

Kamu menoleh. "Iya?"

"Lo.. gebetan Ace, ya?"

Kamu diam. Agaknya kamu tahu ke mana arah pembicaraan ini. Itu sebabnya, kamu memilih untuk berbicara langsung ke poinnya. "Lo suka sama Ace?"

Pipi Isuka merona. Kamu tertawa kecil. "Akhirnya Tuhan mengirim penyelamat. Kalau lo bingung gimana cara deketin Ace, lo kayaknya cukup perhatian ke dia. Soalnya Ace orangnya caper."

Isuka memiringkan kepala, bertanya, "Caranya? Dia punya seribu satu cara biar dapat perhatian lo."

Kamu tersenyum lebar layaknya seorang tokoh jahat dalam sebuah film. Perlahan, kamu tertawa dan tawa itu terdengar hingga ke seluruh negeri— hingga ke luar kamar mandi.

×××

Istirahat kedua, kamu berlari secepat kilat untuk menarik tangan Bartolomeo dan Cavendish. Kamu mengedipkan sebelah mata pada Isuka.

Mereka berdua kebingungan, ada apa gerangan sampai dirimu yang emosian ini mengajak musuh berambut kuning di tangan kirinya. Di luar kelas, Bartolomeo bertemu dengan seorang gadis berambut merah, ia berteriak, "AYANG!"

Yang dipanggil menoleh. Gadis itu menganga, ia membalas teriakan Bartolomeo. "AYANG?!"

Di tengah perjalanan menuju entah ke mana, wajah Cavendish membiru di jidat dengan ekspresi masam. "Panggilan macam apa itu?"

Ternyata oh ternyata, kamu mengajak Bartolomeo dan Cavendish ke kantin. Kamu duduk, mendudukkan Cavendish di depanmu dan Bartolomeo di samping Cavendish, sementara gadis berambut merah tadi duduk di sampingmu.

"Maksud lo nyeret pacar gue apa?"

Kamu terkejut tentu saja. Matamu bertemu tatap dengan Bartolomeo. "Oh, lo pacarnya Bartolomeo? Kenalin, gue mantan gebetannya."

Wajah gadis di depanmu memerah kesal. Bartolomeo panik, ia menjelaskan semuanya pada sang kekasih. Kamu hanya tertawa kecil sementara Cavendish menahan tawanya.

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang