Cavendish menghela napasnya. Ia membaringkan kepala di atas meja dengan kedua tangan di atas paha, iris birunya menatap ke arah bangku yang kosong hari ini. Kamu tidak masuk dengan alasan sakit. "Padahal kemarin dia kelihatan sehat."
Bangku Cavendish tiba-tiba bergetar. Pemuda itu langsung duduk tegak, ia panik, mengira bahwa terjadi gempa bumi. Ternyata, itu adalah ulah teman dekatnya sejak SMP, Bartolomeo. Dengan ponsel yang miring, pemuda berambut ayam itu tersenyum lebar. "Mabar," ajaknya.
"Males. Paling juga lo jemput cewek lo lagi," tolak Cavendish. Ia kembali menghadap ke depan. Punggungnya bersandar dan ia menghela napas, tubuhnya perlahan melorot ke bawah sehingga kepalanya sudah bersentuhan dengan sandaran kursi.
"Lemes amat hari ini, padahal ada pelajaran Bu Robin," kata Bartolomeo. Terdengar dari ponselnya bahwa ia sudah memulai permainannya.
"Gak ada yang bisa gue jahilin," jawab Cavendish. "Oh, lo kangen sama [Name]? Mau jenguk dia sama si KM?" tanya Bartolomeo.
Sabo seketika menggebrak meja. "HARI INI BAYARAN KAS!"
"KAGET WOY!" balas Ace.
"Ngapain bayar kas? Bendaharanya aja gak ada," balas Cavendish.
Sabo menoleh ke arah temannya itu. "Ya nanti Isuka sama Koala kan jenguk [Name]. Sekalian aja anter uang kasnya."
"Paling besok dia masuk."
"Hari ini hari Kamis, tanggung masuk sekolah cuma sehari doang besok," balas Isuka. Ia sudah menyiapkan selembar kertas untuk catatan murid yang hendak membayar kas.
Cavendish merogoh saku seragamnya, mengeluarkan selembar uang dengan nominal kecil yang pas untuk bayar kas, dua ribu.
Saat Isuka dan Koala menghampiri meja Cavendish, pemuda itu mengintip total uang kas yang didapat. Kebanyakan dari mereka membayar lebih dari empat ribu karena [Name] mengatakan bahwa kas kelas kosong sampai saat ini, sejak kelas dihias.
"Didikan siapa ini bayar kas gede-gede?" tanya Cavendish. Ia bahkan terkejut melihat Ace yang mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk kas kelas. Tidak heran, anak kepala sekolah sudah tentu mengabdi pada sekolahnya apalagi kelas.
"Kelas doang elit, masa bayar kas sulit," balas Ace. Cavendish menatap si anak kepala sekolah dengan tatapan kesal. Ia merogoh saku, mengeluarkan uang sebanyak enam ribu untuk membayar kasnya.
Setelah selesai dengan kas, Isuka dan Koala menghitungnya. "Banyak," ujar Koala.
Sabo berjalan mendekat. Ia menatap jumlah uang kas dan mendongakkan kepala. "Gimana kalau kita beli sesuatu buat [Name]?"
"Beli apaan?" tanya Bartolomeo.
"Beli buah-buahan cukup gak, ya?" tanya Sabo.
"Biayanya terlalu gede, kas kita ludes lagi, dong," tegur Koala.
Cavendish menyalakan ponsel. Otaknya memikirkan hadiah untuk [Name]. "Beliin aja es krim satu mangkuk."
"Ngada-ngada! Orang sakit dikasih es krim!" Bartolomeo menyentil kepala bagian belakang Cavendish. Teman dekatnya itu tidak bereaksi apapun.
"Kenapa harus ngasih es krim?" tanya Sabo.
"Buat motivasi. Enggak anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, susah disuruh minum obat. Kalau diiming-imingi es krim kali aja gak susah," jelas Cavendish.
Sabo menatap Koala dan Isuka, mereka bertiga bertatapan secara bergantian. Ya.. ide yang bagus. Tapi, bagaimana tanggapan orang tua [Name] dan kembarannya bila mereka memberikan es krim?
"Ayahnya [Name] gak bakalan marah, percaya sama gue. Kalian pikir tingkah konyol [Name] turun dari siapa? Dari tetangganya?" tanya Cavendish.
"Maksudnya dia bakal dukung kalau kita ngasih es krim?" tanya Koala. Cavendish menganggukkan kepalanya. Ia menaruh ponsel dan menatap ke arah ketiga muda-mudi yang sedang berdiskusi itu.
"Jadi ngasih hadiah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Bendahara
Fanfiction[ ONGOING ] -Cavendish from One Piece "Demi apapun kenapa lo sensi banget sama gue?" *** Mulai: Rabu, 03 Agustus 2022 Selesai: *** One Piece milik Eiichiro Oda Ibu Bendahara milik saya One Piece AU! Cerita pendek OOC [ +62 ]