23. Modus

23 4 2
                                    

Kamu menopang dagu seraya mendengar penjelasan dari guru PJOK yang terlihat tidak terlalu sehat hari ini. Kegarangannya pun terlihat berkurang banyak.

Karena tidak memiliki tenaga untuk melakukan praktik di lapangan yang panas, akhirnya guru olahraga memutuskan untuk memberi anak-anaknya sedikit tugas.

Smoker menulis empat angka di papan tulis, masing-masing angka tertulis satu nama. Matamu membelalak kala melihat namamu tertulis.

"Belajarlah mandiri. Kalian tentukan sendiri akan masuk ke kelompok mana. Satu kelompok terdiri dari delapan orang."

Suara grasak-grusuk terdengar dari barisan dekat pintu. Seluruh mata tertuju pada sumber suara, terpampang Bartolomeo dan Cavendish yang balapan meraih spidol. Cavendish lebih dulu meraih spidol dan menulis namanya di bawah namamu, itu artinya ia berada di kelompokmu.

Kamu mengacungkan tangan. "Pak, Cavendish bagus di olahraga, kenapa nama Cavendish tidak tertulis di sana?" tanyamu.

"Oh, saya melupakan Cavendish. Ya sudahlah, tidak masalah."

×××

Kelompokmu adalah kelompok yang paling canggung, kamu merasa tidak enak pada Isuka karena Ace harus sekelompok bersamamu dan bahkan pemuda itu duduk di sampingmu.

Kamu duduk diapit oleh Ace dan Cavendish. Ace sudah diketahui alasannya, sementara Cavendish menjadi tanda tanya. Pemuda berambut kuning itu notabenenya adalah musuhmu, kenapa ia harus begitu terlibat dalam rencanamu?

"[Name], ada pulpen gak?" tanya Ace dan Cavendish bersamaan.

Kamu menggelengkan kepala. Matamu mengarah pada Isuka yang merogoh tempat pensilnya dan memberikan pulpen pada Ace. Ace tersenyum, tidak lupa ia mengucapkan terima kasih.

Cavendish berbisik, "Bukannya lo punya pulpen lima biji, ya?"

Kamu membalas, "Ya gue ngasih kesempatan Isuka buat perhatian ke Ace. Tempat pensil gue ada di kolong meja, ambil aja."

Cavendish berlagak bahwa ia sedang mencari pulpen seseorang untuk dicuri. Saat menemukannya, ia tersenyum lebar. "Pulpen siapa, nih? Buat gue, ya!"

"Pulpen punyaku!" Salah satu gadis di kelompokmu berucap.

Sontak kamu dan Cavendish saling bertatapan. Oh, pencuri sebenarnya ternyata adalah seorang perempuan. Dari tatapan mata, kamu mengatakan pada Cavendish bahwa jangan memberikan pulpen itu dan kembalikan jika sudah dipakai.

Cavendish menganggukkan kepalanya. Kamu bertanya, "Lo ngerti apa yang gue omongin?"

"Enggak. Tapi, kayaknya gue tahu apa yang lo omongin."

"Apa?"

"Balikin pulpen ini ke yang punya, 'kan?"

Kamu mengangkat jempol. "Ngomong-ngomong, hutang kas lo nunggak dua puluh ribu. Gara-gara ngehias kelas, uang kas ludes abis."

"Gak pa-pa, yang penting kelas kita jadi cantik, 'kan?" sahut Isuka dengan senyum manisnya. Kamu mengangguk membenarkan.

Kerja kelompok bekerja dengan cukup baik, Ace seringkali modus padamu dengan tidak sengaja memegang tangan atau bersandar pada bahu karena bosan bersandar pada sandaran kursi.

"Ace, bisa nyender di kursi, gak?" tanyamu. Ace tanpa pikir panjang menggelengkan kepalanya. Beberapa hari ini ia tidak berinteraksi baik denganmu, maka dari itu Ace akan memanfaatkan kerja kelompok ini.

"Cav, coba lo geser. Tempat duduk [Name] kayaknya terlalu sempit," titah Bartolomeo. Tangannya mengarah ke kanan, tapi matanya bergerak ke kiri, mengisyaratkan Cavendish untuk berganti posisi denganmu.

"Oke."

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang