04. Anak Kelas Sebelah

50 9 0
                                    

"Tol."

"Tolo."

"Tolol."

"BARTOLOMEO!"

"APAAN?!"

"Gue dari tadi manggilin lo, kedengaran gak, sih?!" Cavendish bertanya dengan nada kesal.

Bartolomeo menghela napas. "Ya kalau lo manggilnya pelan mana kedengaran! Kita lagi di jalan raya, bodoh!"

Kedua lampu jalanan ini memang sering pulang bersama, mereka adalah teman masa kecil jauh sebelum mereka masuk ke taman kanak-kanak. Masih masa rebutan mainan, mainannya direbut, nangis.

Cavendish yang berniat bercerita pun agak kesal. Ia menarik napas dan membuangnya. Merasa amarahnya sudah hilang, Cavendish mulai bercerita.

"Lo nyadar kalau si [Name] wajahnya mirip sama seseorang?" tanyanya.

Bartolomeo yang dari tadi mendekatkan telinga ke wajah Cavendish pun terdiam. Ia sedang mengingat-ingat. Kemudian menggeleng. "Baru kali ini gue lihat cewek yang mukanya kayak [Name]."

"Maksud lo? Hidungnya di jidat begitu?"

"Gak gitu, bodoh. Maksud gue tuh ya Tuhan menciptakan setiap manusia dengan wajah yang berbeda-beda. Makanya gue bilang kayak gitu. Itu otak lain kali asah, jangan jadi jeroan tengkorak doang," ujar Bartolomeo kesal.

"Eh, gue lupa. Lo kan gak satu SMP sama gue."

"Emangnya orang yang mirip sama [Name] satu SMP sama lo?"

"Iya, dulu kita rebutan pangkat jadi ketua OSIS."

"Kok ada, ya, orang yang percaya kalau lo bisa menanggung beban ketua OSIS? Pasti gak kepilih, ya, lo?" duga Bartolomeo.

Cavendish berdecak. "Gini-gini, gue tuh aktif di OSIS. Malah pernah ditawarin jadi MPK. Lo pernah gak?"

"Enggak, sih. Yang ada gue disuruh jadi babu sekolah."

"Kasian."

"Kasian banget."

×××

Keesokan harinya di parkiran sekolah, kamu turun dari motor sang adik dan melepas helm. Ia pun membenahi rambutnya yang acak-acakan dan berkaca di spion.

"Bener kata orang, cewek tuh ribet," kata adiknya. Ia melepas kunci motor dan memasukkannya ke dalam saku.

"Tuh kunci motor jangan dimasukin ke saku, jatuh tahu rasa." Kamu mengomel.

"Bisa bikin lagi."

"Iya, deh, anak cowok satu-satunya."

"Waduh, masih pagi udah pacaran. BK menanti, ya!"

Kalian berdua menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang pemuda berambut kuning secerah matahari itu sedang menopang pipi dengan tatapan menggoda ke arahmu dan adikmu. Kamu menghela napas, kemudian merangkul bahu sang adik dan menempelkan pipi kalian berdua.

"Lo kalau jadi hakim gak becus kayaknya. Gak lihat kemiripan muka kami?" tanyamu.

"Lo kenapa pake motor beginian si? Gue jadi nungging." Bartolomeo yang baru datang dari kantin untuk membeli minuman langsung mengeluarkan unek-uneknya sejak berangkat ke sekolah tadi.

Iris hitamnya menoleh ke arahmu dan adikmu. Seketika dirinya mendengar suara 'krek' dan 'prang' dari hatinya. "[Name] ternyata udah punya cowok."

"Ini adik gue buset. Anak kelas sebelah, Trafalgar Law."

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang