17. Freak

19 5 0
                                    

Sekarang, kamu sedang duduk di atas motor Cavendish. Law, Rosinante, dan Doflamingo kompak sulit dihubungi. Akhirnya karena searah, kamu memaksa Cavendish untuk pulang bersama. Hari sudah mulai gelap, lampu jalan sudah menyala, dan lampu-lampu kendaraan mulai terlihat warnanya.

"Capek?" tanya Cavendish.

Kamu menganggukkan kepala.

Tangan Cavendish secara tiba-tiba menepuk tanganmu. "Jangan di pundak, lo kira gue tukang ojek?"

Kamu menurunkan tangan, menaruhnya di atas kedua pahamu. "Pegangan. Nanti kalo gue tiba-tiba ngebut terus lo kejengkang gimana?"

"Lo tuh banyak omong, ya! Lagian ngapain tiba-tiba ngebut?! Lo mau ditilang polisi?!"

"Mending lo nurut sama gue." Cavendish menepi. Ia sedikit memutar tubuhnya ke belakang dan menarik tanganmu untuk memeluk pinggangnya. Tanganmu terangkat untuk memukul kepala Cavendish yang tertutup oleh helm.

"Modus lo, ya?!"

"Ogah amat gue modus sama lo. Mending modus sama Bu Robin," balas Cavendish. Ia kembali menjalankan motornya.

Kamu menaruh pipi di pundak Cavendish. Suasana yang tenang dan jalanan yang rapi membuatmu mengantuk. Kamu mengangkat tangan untuk menutup mulut yang terbuka akibat menguap.

"Ngantuk?"

"Hm."

"Jangan tidur, woi! Ini bukan mobil! Kalau lo ngantuk, lo bisa jatuh!"

PLAK!

"BERISIK AMAT BUSET DAH!" Kamu emosi mendengar Cavendish yang memberimu ceramah ini-itu. Kamu paling tidak suka saat capek seperti ini malah diajak bicara.

Cavendish yang dimarahi menggembungkan pipinya, ia menatap jalanan dengan tatapan tidak ramah. "Salah gitu perhatian ke temen sendiri?"

"Emang kita temen?"

"Ya, oke! Turun di sini!"

"BOHONG. IYA, KITA TEMEN!"

×××

Membuka pintu dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan ingin tidur detik itu juga, kamu disambut oleh anggota keluarga yang menatapmu dengan tatapan menggoda, kecuali Law. Pemuda itu asyik menonton acara televisi yang sedang tayang saat ini.

"Diantar sama ayang, nih, ceritanya?" Rosinante menopang dagu sambil mengedipkan mata kanannya padamu.

"Siapa ayang?" tanyamu balik.

"Yang tadi nganterin itu siapa? Calon suami?" Kali ini, Doflamingo turut mengejekmu.

Kamu baru ingat. Tanganmu menunjuk ke belakang pintu sambil bertanya, "Yang tadi? Rambut kuning?"

Rosinante dan Doflamingo menganggukkan kepalanya dengan kompak. Terkadang, mereka terlihat seperti anak kembar ketimbang adik-kakak. Kamu langsung merosot ke lantai dan menempelkan pipi. "Dinginnya.."

"Mandi," titah Law.

"Siapa tadi? Ayang?" Rosinante kembali bertanya.

Kamu langsung duduk tegap. "Ayang apaan, sih, Pa?!"

Doflamingo memasang raut terkejut, pura-pura, ia sedang berakting. "Oh, tidak. Anak sulung marah!"

"Kalian berdua tuh aneh. Aku pacaran dimarahin, pulang sama temen cowok dibilang ayang. Mau kalian tuh apa, sih?! Aku pacaran, nih!" ujarmu kesal.

Rosinante dan Doflamingo tertawa bersamaan. "Ya udah, sana pacaran," kata mereka bersamaan.

"LAW, AYAH SAMA PAMANMU ITU PRIK!"

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang