28. Menjenguk

20 3 0
                                    

"Gak mau, Papa! Aku enggak lapar!"

Rosinante menghela napas mendengar anak sulungnya atau kamu yang terus menolak ketika diberi makan. Ia bersedih hati ketika mendengar dirimu batuk berkali-kali karena sakit.

Alasan kamu bisa jatuh sakit karena kamu mengalami panas dalam sehingga kamu merasa sakit ketika menelan makanan. Karena hal itu, suhu tubuhmu jadi naik dan kamu dinyatakan sakit. Rasa sakit menelan makanan itu sendiri sudah dimulai sejak semalam tepat setelah kamu menghabiskan es krimmu.

Pintu kamar dibuka, menampilkan pria lain dengan tubuh jangkung. "Masih belum makan?"

Rosinante menggelengkan kepalanya. Ia menoleh pada dirimu yang terus bersembunyi di balik selimut hangat, kamu bahkan menutup matamu lebih lama. Tangan ayahmu terulur untuk memegang kening. "[Name], makan.."

"Enggak lapar."

"Kalau mengikuti nafsu makan pas sakit, kamu gak bakalan lapar. Kamu juga gak bakalan dikasih obat karena perut kamu kosong, gak ada makanannya. Kamu gak bisa sekolah, sakit kamu makin parah, emang mau kayak gitu?" Kali ini Doflamingo bersuara. Ia mendekat pada ranjang dan duduk di tepian bersama dengan adiknya.

"Gak lapar, Om.."

Ting tong

"Siapa lagi yang mampir?" tanya Doflamingo kesal. Ia berjalan keluar dari kamar dan membuka pintu utama, tampaklah dua orang pemuda berambut pirang dengan dua orang perempuan berambut oranye kecokelatan. Doflamingo jelas tahu mereka berempat adalah teman sekelasmu.

"Selamat sore, Om. Kami perwakilan dari kelas datang untuk menjenguk [Name] yang jatuh sakit hari ini," ujar Sabo.

Koala diam-diam meneguk ludahnya. Ia merasa ketakutan atas presensi dari Donquixote sulung itu. Isuka menepuk pelan tangan Koala, memerintah temannya agar jangan takut.

Ya.. siapa yang tidak takut kalau Doflamingo tidak memasang senyum kecil? Wajahnya seakan menjelaskan ketidaksukaan terhadap kehadiran mereka. Isuka sendiri siap mengamuk pada Cavendish karena idenya tentang membawa es krim itu.

Doflamingo menggeser tubuh. "Masuk aja, tunggu saya memanggil ayah [Name]."

Koala menghela napasnya. Rasanya seluruh oksigen direbut oleh Doflamingo karena ia kesusahan bernapas. Tak berselang lama, turun Rosinante. Doflamingo sendiri tetap diam di kamarmu, terus membujukmu untuk makan.

"Saya dengar kalian datang untuk menjenguk," kata Rosinante.

Koala menganggukkan kepalanya. "[Name] adalah salah satu pemegang jabatan yang penting di kelas sehingga presensinya memang cukup penting. Kami juga membawa uang kas yang telah kami tagih dari seluruh anak kelas, totalnya sudah tertulis. Tinggal dimasukkan saja ke dalam dompet khusus kas kelas." Ia menyodorkan satu kertas yang membungkus uang kas.

"Ooh, iya. Biar nanti saya masukkan ke dompet di tas [Name]. Terima kasih karena telah datang menjenguk anak saya. Sekarang saya sedang pusing karena [Name] enggan makan," ujar Rosinante dengan senyum lebar di wajahnya.

"Om, ini ada hadiah dari kami. Hadiah ini berikan saja pada [Name] kalau ia sudah sembuh, jadikan ini motivasi untuk [Name] agar ingin minum obat." Cavendish menyodorkan kantong plastik transparan berisi es krim kesukaan [Name].

Rosinante menunduk. "Astaga! Saya lupa tidak membujuk [Name] dengan ini! Hahaha! Saya lupa!"

Mendengar itu, Isuka tidak lagi berniat marah-marah pada Cavendish. Memang ide yang bagus.

"Ini.. pacar [Name], ya?"

"Eh, bukan!"

Tentu saja bukan, yang Rosinante tunjuk adalah Sabo. Pemuda itu menggeser duduknya dan menarik Cavendish sehingga tangan Rosinante menunjuk pemuda yang dimaksud. "Oh, yang ini!" Ia mengoreksi.

"Bukan juga," jawab Cavendish.

"Mungkin Cavendish berniat untuk pendekatan pada [Name]. Ide es krim ini datang dari Cavendish, dia bahkan sampai tahu merek es krim kesukaan [Name]," jelas Isuka. Cavendish menatapnya dengan tatapan mengancam. "Lo pulang jalan kaki, ya."

Isuka membalas, "Gue ada Ace yang siap jemput gue kapanpun."

"Cih, mainnya sama anak kepala sekolah."

Melihat atmosfir yang menegang, Rosinante tertawa kecil. "Tidak masalah pendekatan pada anak saya, toh dia sudah remaja."

"Kan, udah dikasih lampu hijau." Koala berkomentar seraya mengacungkan kedua jempolnya. Cavendish tidak bereaksi apapun karena Koala datang bersama dengan Sabo, Cavendish tidak bisa mengancamnya untuk pulang jalan kaki.

"Aku pulang."

"Gue lupa [Name] punya kembaran."

Ibu BendaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang