XIII 🔞 [M]

2.9K 235 15
                                    

Para pekerja di kediaman Irene sebelumnya diberi kebebasan untuk pulang dan pergi ke rumahnya masing-masing. Mereka bahkan bebas memiliki telepon genggam pribadi. Tetapi semua itu berubah ketika ada dua kejadian yang tidak diinginkan, yaitu bodyguard dan sopir membocorkan informasi ke pesaing bisnis Irene.

Para pengkhianat itu tentu saja langsung dilenyapkan oleh Johnny dan untuk mencegah kejadian itu terulang, maka dia membuat memperketat keamanan demi menjaga Irene. Dari situ lah aturan para pekerja tidak boleh pulang dan pergi ke rumah masing-masing dimulai. Mereka juga tidak diizinkan memiliki alat komunikasi pribadi apa pun bentuknya.

Namun Irene juga tidak sepenuhnya memutus kontak para pekerja dengan keluarganya. Dia tetap menyediakan fasilitas untuk mereka berkomunikasi, bisa telepon atau panggilan video, hanya saja segalanya dimonitor ketat oleh Johnny.

Seperti saat ini, Seulgi baru saja selesai menerima panggilan telepon dari Sunmi, dan wajahnya penuh dengan kekhawatiran. Dia langsung menemui Nona besar yang baru saja selesai melakukan rutinitas lari paginya. Ya, dia tidak perlu keluar rumah untuk lari pagi karena selain kolam renang dan gimnasium mini, di sana pun ada running track.

Irene sedang mengelap keringat di dahinya saat Seulgi datang menemuinya dengan terburu-buru. "Ada apa?" Tanya Irene.

Seulgi menatap Nona besarnya yang saat ini mengenakan pakaian olahraga super ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya, membuat Seulgi kesulitan bernapas. Dia tidak akan heran jika air liurnya menetes. Bagaimana tidak? Bokong seksi Irene yang menjadi favoritnya menonjol begitu menantang, seakan menggodanya untuk meremasnya. Lalu ke bagian atas, Seulgi ingin sekali membenamkan wajahnya di antara kedua buah dada Irene yang sintal itu.

Irene menjentikkan jarinya di depan mata Seulgi yang tidak berkedip, "Kau kerasukan atau kenapa?" Dengusnya kesal karena merasa diabaikan.

Seulgi tersadar dan merasa malu karena tertangkap basah sedang menatap Nona besar dengan imajinasi liar yang memenuhi kepalanya. Pipinya merona dan dia cepat-cepat menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran mesumnya.

"Ah, itu..." Seulgi menelan ludahnya dengan susah payah, namun tenggorokannya kembali tercekat saat Irene dengan santai melepas kausnya. Nona besar sungguh sangat percaya diri dengan tubuhnya sehingga dia tidak segan-segan bugil di mana-mana di rumahnya, walau pun saat ini dia masih mengenakan sport bra. Seulgi menahan hasrat untuk menyentuhnya.

Irene berdecak tidak sabar, "Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, lebih baik ambilkan aku minum dan suruh seseorang menyiapkan ruang sauna."

"Baik, Nona." Seulgi langsung menuruti perintahnya. Di tengah perjalanannya menuju ke dapur dia baru tersadar. "Ah, sial! Tadi aku kan berniat minta izin untuk pulang sebentar ke rumah singgah. Kenapa malah terdistraksi?!"

Distraksi itu tidak berhenti sampai di sana, karena Irene membuatnya tidak bisa menahan birahinya. Seulgi memberikan orgasme berkali-kali untuk Irene; saat Nona besar di sauna, dan saat dia mandi. Seulgi tidak bisa tidak menyentuhnya dan Irene pun tidak menolaknya.

"Jangan menyentuhku lagi," Titah Irene sesaat setelah dia pulih dari klimaksnya yang ketiga.

Seulgi menyeringai tanpa dosa, "Maaf." Dia mengecup pipi Irene lalu membantunya keluar dari bathtub. Dia menyambar jubah handuk dan menyampirkannya ke tubuh Irene. Nona besar langsung mengikat talinya.

Irene berjalan menuju ke walk-in closet dan Seulgi mengekor di belakangnya. Dia berdiri di depan rak bagian perawatan tubuh dan memilih sebotol body lotion bertuliskan Le Labo Another 13 untuk pelembab kulitnya.

Seulgi dengan sigap mengambil alih untuk melakukannya tapi Irene menepis tangannya. "Aku bisa sendiri."

"Tapi aku ingin membantumu." Ujar Seulgi.

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang