XXVIII 🔞 [M]

3K 259 21
                                    

"Sampai kapan kau akan mengurungku di sini?" Seulgi bertanya kepada Irene yang baru saja kembali ke hotel setelah seharian bekerja.

"Mengurungmu?" Irene tertawa geli. "Kau bebas menikmati fasilitas hotel."

"Ya, tapi aku tetap tidak boleh keluar area hotel kan?"

"Memangnya kau mau apa? Mau pergi ke mana, hmm? Semua yang kau butuhkan ada di sini." Irene mendekati Seulgi lalu mendorongnya sampai dia jatuh terduduk di sofa, kemudian Irene naik ke pangkuannya. "Kecuali kau berniat mengunjungi Sunmi." Dia menatapnya tajam.

Seulgi menghela napas lelah. "Bukan begitu... aku hanya bosan."

Irene menyeringai menggodanya, "Bercinta denganku membuatmu bosan?"

"Tidak," Jawab Seulgi jujur. "Tapi itu dia masalahnya. Aku merasa seperti wanita simpanan. Kau tahu? Tinggal di hotel dan tidak melakukan apa-apa, hanya menanti kau kembali dari pekerjaanmu."

Irene terdiam. Bukan tanpa alasan dia belum pulang ke rumahnya, karena dia masih belum menentukan harus bagaimana bersikap dan memperlakukan Seulgi di rumah. Jika di hotel mereka hanya berdua, dia bebas melakukan apa pun dengan Seulgi. Tetapi jika di rumah, berarti mereka harus kembali menjadi Nona besar dan pelayan pribadinya? Irene tidak mau lagi seperti itu, namun dia juga belum yakin harus seperti apa.

Dan apa tadi Seulgi bilang? Dia merasa seperti wanita simpanan katanya? Irene mendengus kesal karena dia tidak merasa menyembunyikan Seulgi dari siapa pun, kenapa si gadis sipit harus merasa seperti itu?

"Hey, kau marah padaku?" Tanya Seulgi.

"Tidak." Ujar Irene yang langsung turun dari pangkuan Seulgi.

"Yang benar? Kau terlihat marah." Dia membuntuti Irene yang sedang menuju ke lemari pakaian, mencari sesuatu di sana.

Irene mengambil bikininya dan kemudian mengganti pakaian kerjanya dengan bikini tersebut di depan Seulgi, tentu saja pemandangan Irene yang bugil tetap membuat dadanya berdesir walau pun sudah sering dia melihatnya. "Kau mau ke mana?" Tanya Seulgi lagi.

"Menurutmu aku pakai bikini mau ke mana? Gereja?"

"Oh, ha ha," Tawa Seulgi sinis.

Irene tersenyum. Dia mengambil bikini lainnya dan memberikannya ke Seulgi, "Kau ganti juga. Kita ke rooftop."

"Hah? Kita berenang di atap?"

Irene tertawa, "Nanti kalau ada yang memberimu permen atau coklat di jalan, jangan diambil dan langsung pergi menjauh dari orang itu. Mengerti?" Seulgi hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tapi dia mengangguk walau pun tidak sepenuhnya mengerti.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah tiba di rooftop. Seulgi dibuat kagum karena ternyata ada kolam renang yang besar di sana, sekaligus kafe - atau lebih tepatnya bar. Irene tidak bisa mengusir orang-orang yang ada di sana sekarang karena memang ini fasilitas hotel yang bebas digunakan untuk tamu. Meski begitu, Johnny dan anak buahnya sigap berjaga sementara Irene dan Seulgi berenang.

Rasanya menakjubkan dapat menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari ketinggian dengan setengah badan terendam di dalam air kolam. Ini pengalaman pertama untuk Seulgi, dan dia menyukainya.

Irene menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Seulgi segera mambalik posisinya, sehingga sekarang Irene yang berada dalam pelukannya. Irene menyandarkan kepalanya ke dada Seulgi, "Kau suka?" Tanya Irene.

"Ya. Aku tidak tahu kalau ada kolam renang dan pemandangan sebagus ini di sini."

"Kau saja yang tidak mau keluar kamar dan merasa kalau aku mengurungmu di sana. Padahal kau bebas berkeliaran di hotel ini jika kau bosan."

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang