XIX

2.1K 249 21
                                    

"Sayangku," Pria itu menyambut kedatangan Irene dengan senyum lebar dan tangan terbuka. Dia mencoba menariknya ke dalam pelukan, namun Johnny dengan sigap menghentikannya. "Ayolah, aku sudah lama tidak menyentuhnya." Bogum mendengus kesal lalu dia menoleh ke arah Irene lagi. Aku merindukanmu, Sayang."

"Aku tidak," Jawab Irene santai, membuat Bogum terkekeh.

"Aku juga rindu mulut pedasmu. Oh, betapa aku ingin melumat bibirmu –"

"Tidak akan pernah," Irene memotong ocehannya sambil tersenyum tipis. "Mari langsung berbicara bisnis, Bogum."

Dia menghela napas namun matanya tidak bisa berbohong. Bogum memandangnya dengan lapar. "Baiklah... kau ini memang seperti hiu yang mencium bau darah di lautan." Dia terkekeh. "Kau selalu tahu ketika aku memulai bisnis baru."

"Thanks to my assistant here." Irene tersenyum kepada Johnny dan si asisten pribadi membungkuk kecil penuh hormat. "Jadi bagaimana? 55% dan kau lepas total kepemilikanmu di taman hiburan itu."

"Tunggu dulu," Bogum tertawa renyah. "Kau serius membicarakan bisnis di restoran? Ku pikir kita hanya makan siang biasa di sini, dan selanjutnya bisa kita teruskan di kamar hotelmu seperti biasa."

Lagi-lagi Irene tersenyum tipis, "Tidak kali ini." Dia memberikan gestur untuk Johnny agar menyerahkan iPad-nya. Irene mengotak-atik sebentar tablet canggihnya, sampai menampilkan kurva naik-turun di layarnya lalu menyerahkannya ke Bogum.

"Apa ini?" Tanya Bogum setelah menerima iPad dari Irene.

"Seperti yang kau lihat, Park Group akan menderita jika memaksakan berinvestasi di taman hiburan itu." Ujar Irene lugas. "Kau tidak mempunyai backup plan dan finansialmu pas-pasan. Berbeda jika aku yang mengambil alih, Bae Corp punya segalanya, dan tentu aku akan mengganti kerugian awalmu."

Bogum tertawa, "Astaga, Sayang. Kepalaku pusing mendengar ocehanmu. Kau tahu aku akan memberikan taman hiburan itu sekarang juga, asal aku bisa bercinta denganmu."

"Ku bilang tidak kali ini, Bogum. Mari berbisnis secara sehat –"

"Oh, ayolah!" Dia terbahak, "Bogum junior merindukan kehangatanmu, Sayang."

"Bersikaplah dengan sopan, atau Anda akan menanggung akibatnya." Ancam Johnny. Irene melambaikan tangannya, menyuruh asisten pribadinya untuk tetap tenang.

"Kau diamlah." Dengus Bogum. "Ini urusan pimpinan, bukan jongos macam kau."

"Jangan menghina asistenku." Ujar Irene tenang. "Mari kembali berbicara bisnis. Seperti yang ku katakan tadi, perusahaanmu akan rugi jika memaksa terus maju untuk proyek taman hiburan ini, Bogum."

Pria itu berdecak tidak sabar, "Pelacur seperti kau tahu apa? Meski pun kau pelacur kelas atas, tetap saja pelacur. Keahlianmu hanya memuaskan nafsu birahi orang-orang." Tinju Johnny dengan cepat menghantam muka Bogum. Si asisten pribadi itu tidak lagi mampu menahan amarahnya mendengar hinaan untuk Nona besarnya. Bogum memekik marah. Sudut bibirnya langsung berdarah. "Keparat! Berani kau menghajarku, sialan!"

"Johnny," Irene menghela napas lelah.

"Kau harus melatih lebih keras anjing penjagamu ini, Irene! Dia tidak punya sopan santun kepada teman majikannya!" Maki Bogum keras.

"Kau yang terus memancing amarahnya, Bogum." Ujar Irene masih dengan ketenangan yang sama. "Berhentilah memprovokasi, dan mari kita fokus berbisnis secara sehat."

Bogum meludahkan darah dari mulutnya, "Kau pikir aku masih mau berbisnis denganmu setelah ini?!"

"Kompensasi apa yang kau inginkan?"

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang