XXVII

2K 264 20
                                    

Irene menarik lengan Seulgi dan sedikit menyeretnya menjauh dari sana, "Kita pergi." Ujarnya dingin. Sunmi menatapnya dengan tatapan tidak suka dan Irene mengabaikannya.

"Tunggu," Sunmi menghadang langkah mereka. "Kau tidak bisa seenaknya datang ke rumah orang dan berlaku semaumu!"

"Sunmi..." Seulgi memperingatinya dengan takut-takut.

Irene melepas cengkramannya di lengan Seulgi dan mendekat selangkah ke arah Sunmi, "Rumah orang? Maksudmu rumahku." Ujarnya datar dan dingin. "Kalian tinggal gratis di sini, bahkan ku biayai semuanya."

"Ya, tapi dengan balasan kau merebut Seulgi dari kami seakan kau membelinya! Dia bukan budak yang bisa diperjual-belikan!"

"Sunmi!" Seulgi berkata gusar. "Hentikan kekonyolanmu dan minta maaf!"

"Lihat! Kau bahkan sudah dicuci otak!"

Belum sempat Irene membalasnya, keempat bocah berseragam sekolah dasar tiba dan langsung berteriak ketika melihat Seulgi. "Bear!" Mereka segera mengerubungi beruang kesayangannya yang sangat dirindukan. "Bear! Ini benar kau kan?"

"Oh!" Pekik Seulgi saat tubuhnya ditubruk dan dipeluk erat. "Hei, aku tidak bisa bernapas!" Dia tertawa dan mengusap kepala mereka satu-persatu.

"Ku beri kau waktu sepuluh menit." Ujar Irene datar, kemudian dia berlalu begitu saja. Seulgi hanya melihat punggungnya berjalan menjauh. Dia ingin menyusul Nona besar namun bocah-bocah itu menghalanginya, membuatnya kesulitan melangkah.

"Kalian ajak Seulgi masuk ke dalam." Sunmi tersenyum manis.

"Kau masak apa, Sunmi?" Tanya Karina.

"Sup telur puyuh dan perkedel jagung."

"Wah!" Giselle berseru girang. "Ayo, Bear!"

Keempat bocah itu menarik dan mendorong Seulgi kembali ke dalam rumah, sementara Sunmi pergi menghampiri mobil Irene yang terparkir di depan dalam keadaan mesin menyala. Seulgi meliriknya khawatir, dia was-was jika Sunmi akan berkata macam-macam. Dia tidak bisa berbuat banyak dan dengan berat hati mengikuti bocah-bocah yang menyeretnya dengan riang gembira.

Sunmi mengetuk kaca jendela mobil Irene beberapa kali tapi tetap diabaikan sampai Johnny turun dari Rubicon diikuti dua bodyguard lainnya. "Aku hanya ingin bicara dengannya." Ujar Sunmi ketika Johnny memperingatinya untuk tidak mengganggu Nona besar. "Berhentilah bersikap seperti anak kecil dan hadapi aku!"

Irene akhirnya menurunkan kaca jendela mobilnya saat si asisten pribadi itu hendak menariknya menjauh dari sana. Dia memberi gestur untuk Johnny agar melepaskan Sunmi. "Bicaralah." Ujar Irene tenang.

"Baik." Balas Sunmi. "Aku tidak suka dengan sikapmu. Kau pikir kau ini siapa melarang aku dekat dengan Seulgi?"

"Dia milikku. Aku berhak melakukan apa saja."

"Seulgi dan aku, kami sudah melewati banyak hal bersama. Ikatan yang kami miliki itu spesial, tidak seperti kau!"

Irene menghela napas, "Aku tahu jenis orang seperti dirimu, hanya bisa menggertak dengan omong kosong."

"Itu bukan sekedar gertakan!"

"Kau harus menuruti perkataanku jika kau masih ingin hidup nyaman dan terjamin. Aku tidak memberimu pilihan lain."

"Bagaimana jika kau memberi Seulgi pilihan? Biarkan dia yang memilih."

Irene mendengus, "Kau masih belum paham ya? Seulgi akan memilihku karena dia tidak mau mengorbankan kebahagiaan anak-anak itu."

"Berarti dia memilihmu karena terpaksa atau di bawah ancaman. Dia tidak tulus memilihmu." Ujar Sunmi yang telak menohok Irene.

Cengkraman Irene di kemudi mobilnya mengeras. Sungguh, dia ingin membalasnya dengan cerdas dan masuk akal, namun dia tidak bisa memikirkan satu pun serangan balik yang ingin dia lontarkan. Tanpa kata, Irene menutup kembali kaca jendela mobilnya dan segera tancap gas seperti kerasukan setan.

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang