XIV

2.1K 238 20
                                    

"Johnny!" Seulgi tidak pernah sesenang ini melihat asisten pribadi Nona besarnya. Menurutnya jika Johnny sudah pulang berarti Irene sudah pulang juga. Dia mencari-cari keberadaan Irene di belakang lelaki itu, namun tidak menemukan siapa pun di sana. "Di mana Nona Irene?" Tanya Seulgi sambil celingukan.

Johnny mendengus, "Untuk apa kau mencari Nona besar?"

"Aku..." Seulgi menjawab ragu-ragu. Apakah Johnny mengetahui tentang dirinya dan Irene atau tidak? "Aku ada urusan pribadi dengannya." Jawabnya.

"Katakan saja padaku, nanti akan ku sampaikan padanya."

"Memang Nona Irene tidak pulang bersamamu?"

"Aku bahkan tidak bersamanya seminggu ini."

"Eh? Ke mana dia? Ku pikir kau akan selalu bersamanya."

"Untuk pekerjaan, ya. Tapi tidak untuk yang bersifat personal."

"Maksudmu?"

"Maksudku Nona Irene sedang liburan."

"Begitu ya?"

"Ya," Jawab Johnny dengan seringainya, "Bersama kekasihnya."

"Apa?" Seulgi terperangah mendengarnya. Dia tidak percaya Nona besarnya sudah memiliki kekasih. Hatinya mencelos seperti melewati dua anak tangga sekaligus dalam satu langkah.

"Kenapa?"

"Ah, tidak apa. Kalau begitu, aku permisi dulu."

"Kau tidak jadi menyampaikan sesuatu untuknya?"

"Nanti saja ketika Nona Irene kembali." Ujar Seulgi sambil berlalu. "Dia sudah punya kekasih." Dia berkata dalam hati. "Lalu kenapa jika dia sudah punya kekasih? Memangnya apa yang kau harapkan? Dia wanita lajang dan sudah matang. Wajar jika dia akhirnya berlabuh pada satu hati, bukan?"

Seulgi berjalan tidak tentu arah. Kakinya berbelok menuju garasi, tempat kesukaannya di sini setelah kamar Nona besarnya, tentu saja. "Tunggu dulu... apa ini artinya aku sudah tidak bisa lagi bertransaksi dengan Nona Irene karena sekarang dia memiliki kekasih?" Seulgi menghela napas dalam. Dia semakin memikirkan perbuatannya akhir-akhir ini. Apa benar yang dia lakukan hanya sekadar transaksi? Karena perlahan dia melakukan segalanya dengan suka rela, karena dia memang ingin menyentuh Irene dan membuatnya senang.

Tapi mungkin dia yang terlalu berlebihan, mana mungkin Irene menganggapnya lebih dari transaksi? Dia mendengus kesal, "Apa yang kau pikirkan, Seulgi?" Dia menghardik dirinya sendiri. "Aduh!"

"Lihat-lihat kalau jalan." Yeri menoyor kepalanya setelah Seulgi menabraknya.

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja." Seulgi terkekeh. "Ada apa?"

"Johnny mencarimu."

"Kau bohong. Aku baru saja berbicara dengannya tadi."

"Ah, sial." Yeri tertawa, dan kali ini Seulgi yang menoyor kepalanya. "Ada panggilan untukmu."

"Sungguh?"

"Ya. Aku tidak akan berbohong untuk yang ini. Aku juga tahu jika panggilan telepon dari keluarga adalah sesuatu yang selalu dinantikan."

"Terima kasih!" Seulgi segera berlari masuk ke dalam rumah, menuju ke ruang khusus untuk menerima panggilan telepon dari luar.

"Hei! Jangan berlari di dalam rumah! Yuri akan memukul bokongmu!" Yeri berteriak mengingatkannya namun Seulgi mengabaikan peringatan itu.

Tidak sampai lima menit kemudian dia sudah sampai di tempat tujuan. Seulgi kira Sunmi dan yang lainnya akan melakukan panggilan suara seperti biasanya, namun dia dikejutkan dengan panggilan video. Sunmi dan Karina hadir di layar besar di depannya.

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang