XXV

2.2K 252 23
                                    

"Selamat pagi," Seulgi menyapa Irene yang baru saja membuka mata. Dia sudah mengenakan piyama yang tersedia, sementara Irene masih berbaring di balik selimut tanpa sehelai benang pun. Pipi Seulgi merona jika mengingat sesi bercinta mereka tadi malam. Ya, Seulgi berani menyebut yang mereka lakukan sebagai 'bercinta' karena Irene yang memintanya.

Irene masih tetap luar biasa cantik bahkan ketika dia meregangkan badannya dan menguap, Seulgi malah menganggapnya sangat menggemaskan dan 'manusiawi'. Maksudnya Irene ternyata sama saja seperti manusia sungguhan, bukan titisan bidadari seperti yang dia pikirkan selama ini.

Irene memicingkan matanya dan menatapnya tidak suka. "Kenapa kau sudah rapi?" Tanyanya dengan decakan tidak sabar. Biasanya saat mereka tidur bersama, dirinya lah yang terjaga lebih dulu.

"Oh, ini?" Seulgi menunjukkan piyama yang dia kenakan, "Aku lapar dan tadinya mau menyiapkan sarapan untukmu, jadi aku pergi keluar kamar. Tapi di dapur tidak ada apa-apa. Ternyata tidak semua tersedia di resortmu."

"Buka bajumu," Titah Irene.

"Apa?" Seulgi terkekeh tidak percaya namun Irene tidak mengulang perintahnya. Nona besar hanya menepuk-nepuk kasur di sebelahnya, memerintahkan Seulgi tanpa kata untuk kembali ke tempat tidur bersamanya. Seulgi menurutinya dengan patuh sambil melepaskan piyamanya sampai dia sama bugilnya dengan Irene.

Irene langsung menaiki Seulgi dan mendesah puas saat tubuh telanjang mereka yang tanpa pelapis apa pun bertemu. "Kau lapar, hmm?" Jemarinya lincah menggerayangi rahang, turun ke leher, dan lalu dada Seulgi. Dia meraih tangan Seulgi kemudian menuntunnya untuk menyentuh kewanitaannya, "Eat me." Desahnya sensual dengan gerakan yang erotis.

Seulgi mengerang menahan nafsunya. Cacing-cacing di perutnya memang sedang menuntut asupan gizi, namun tetap saja birahinya naik juga saat jemarinya menyentuh vagina Irene yang sudah basah. "Tapi aku lapar ingin makan, bukan ingin bercinta."

Irene menatapnya takjub. Orang lain akan langsung menghabisinya tanpa ampun jika mereka sudah berada dalam posisi seperti ini, tapi lihat lah Seulgi, dia tetap pada pendiriannya dan lebih mementingkan perutnya yang meraung kelaparan. Tanpa bicara, Irene segera turun dari atas tubuhnya, membuat Seulgi sedikit panik.

"Kau marah?" Tanya Seulgi hati-hati.

Irene mendengus, "Tidak." Dia menyambar telepon yang berada di nakas samping tempat tidur. "Kau mau makan apa?"

Seulgi tersenyum lebar, "Apa saja yang kau mau."

"Kita menginginkan hal yang berbeda saat ini." Goda Irene yang membuat Seulgi meringis bersalah. "Aku belum lapar. Kau pesan sendiri saja apa yang kau mau." Dia berbicara di telepon sebentar lalu menyerahkannya ke Seulgi.

Si gadis sipit segera menyebutkan beberapa menu yang terlintas di kepalanya. Setelah selesai, dia melihat Irene yang beranjak dari tempat tidur. "Kau mau ke mana?"

Irene menoleh dan menatapnya lewat bahu, "Masturbasi." Jawabnya ringan.

Seulgi menggeram gemas dan segera melompat dari tempat tidurnya, "Aku yang akan memberimu orgasme." Irene memekik kaget saat Seulgi menggendongnya dan membawanya kembali ke kasur lagi.

Mereka bercinta beberapa ronde sampai Seulgi benar-benar lemas karena lapar yang dia rasakan. Sungguh, jika Irene masih belum puas dan minta tambah lagi, rasanya dia akan jatuh pingsan. Untungnya, ada yang mengetuk pintu kamar dan memberitahu mereka kalau makanan sudah tersedia.

Seulgi mendadak menjadi bersemangat lagi. "Kau terlihat jauh lebih bahagia mengetahui sarapan sudah siap dibanding bercinta denganku tadi." Irene terdengar seperti merajuk manja.

"Astaga!" Seulgi terkekeh senang, "Kau benar-benar menggemaskan!" Dia menghujani wajah Irene dengan kecupan-kecupan ringan, membuat Nona besar tertawa.

Irene akhirnya mendorong muka Seulgi lembut dengan telapak tangannya, "Sudah sana, nikmati sarapanmu."

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang