XVIII 🔞 [M]

2.9K 254 21
                                    

Seulgi sedang menyuapi potongan buah-buahan segar untuk Nona besarnya, seperti biasa mereka berada di taman belakang, duduk dengan nyaman di rerumputan seperti sedang piknik. Irene melihat pelayan pribadinya itu menghela napas berat berkali-kali, seakan banyak beban pikiran memenuhi benaknya.

"Kau kenapa?" Tanya Irene tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang sedang dibaca.

"Ah, aku tidak apa-apa." Jawab Seulgi.

"Sudah sering kali ku bilang, kau ini pembohong yang payah. Jawab saja dengan jujur."

Dia mendengus pasrah, "Aku melihatmu di berita."

Irene menyeringai menggodanya, "Apa lagi kali ini?"

"Kau dan konglomerat tampan itu. Siapa namanya? Suho?"

Kali ini Irene mengernyit heran lalu menutup lembaran bukunya, "Ada apa memangnya?"

"Mereka memberitakan kalau kau pergi berkencan dengannya di London."

Irene tertawa, "Dan kau percaya gosip murahan itu? Aku bahkan tidak menghabiskan waktu bersamanya. Kami hanya bertemu saat acara."

"Mereka menampilkan foto kalian berdua saat di toko bunga." Seulgi tetap bersikeras.

"Apa aku berada dalam satu frame dengannya di foto itu?"

"Tidak, tapi -"

"Karena aku memang tidak bersamanya."

"Tapi itu membuktikan kau berada di tempat yang sama dengannya!"

"Mungkin benar," Irene tersenyum tipis, "Tapi bisa saja tidak di waktu yang sama." Dia menjentik ujung hidung Seulgi. "Kau cemburu, ya?"

Seulgi merona, "Tidak." Dia mengelak cepat. "Aku bukan siapa-siapamu. Aku tidak punya hak untuk cemburu."

"Kau benar," Sahut Irene santai. "Sudahlah, kalau aku bilang tidak, artinya tidak."

"Baiklah," Seulgi menghela napas lagi. "Kau mau ku suapi buah lagi?"

"Tidak. Kau membuat seleraku hilang."

"Ah, maafkan aku!" Seulgi berseru dengan rasa bersalah. "Apa yang harus ku lakukan untuk membuatmu merasa lebih baik?"

Irene menatapnya dalam dan menyeringai penuh arti. "Cium aku."

Pipi Seulgi memerah semakin pekat, "Di sini?" Nona besar mengangguk. "Bagaimana jika ada yang melihat?"

"Apa kau melihat ada orang lain di sini?" Tanya Irene dan Seulgi melempar pandang ke sekitarnya lalu menggeleng. "Jadi?"

"Jadi aku akan menciummu." Ujar Seulgi ringkas. Dia menyimpan nampan berisi buah-buahan lalu bergeser mendekati Irene. Nona besar sudah mengantisipasi, dia merentangkan tangannya menyambut Seulgi, kemudian melingkarkannya di bahu bidang dan tegap miliknya.

Seulgi perlahan merangkak ke atas pangkuan Nona besarnya, mendorongnya lembut sampai dia berbaring di rerumputan yang beralaskan karpet piknik. Dia mengecup kening Irene, lalu turun ke hidungnya, kedua pipinya, baru ke bibirnya. Irene tersenyum saat bibir mereka bertemu, saling memagut nikmat.

Tangan Irene menyelinap ke balik seragam Seulgi, kemudian dia mengusap sensual otot perut Seulgi yang terbentuk secara alamiah. Hal lain yang membuatnya iri, karena Seulgi mempunyai betuk tubuh yang ideal tanpa harus melakukan fitness atau diet ketat. Jemarinya bergerak lincah dari bawah ke atas, dan sebaliknya, membuat Seulgi terangsang. Irene dengan cekatan melucuti baju Seulgi, meninggalkannya hanya mengenakan bra sekarang. Matanya melahap kulit telanjang Seulgi yang terekspos.

Seulgi merasakan tatapan lapar dari Nona besar dan dia mendadak malu. Langsung saja dia menyambar lagi bibir Irene dan melumatnya penuh nafsu. Mereka bergumul tanpa peduli dengan apa pun, yang mereka tahu hanyalah intimasi yang dirasa antara mereka berdua. Sampai terdengar suara bising dari benda-benda yang berjatuhan.

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang