XXIX

2.2K 255 24
                                    

"Apa aku harus memanggilmu dengan sebutan Nona besar juga?" Tanya Joy.

"Nona Seulgi?" Yeri memanggilnya ragu, mencoba kecocokan nama itu di lidahnya. "Itu terdengar sangat asing." Ujarnya.

Seulgi memandangi kedua temannya, "Tidak perlu memanggilku yang aneh-aneh! Aku tetap Seulgi."

Keduanya tertawa, "Oh, Nona besar, kami siap melayani Anda." Yeri menggodanya.

"Jika saja aku tahu melayani Nona Irene dengan seks membuatku naik jabatan –"

"Tutup mulutmu, Joy!" Sergah Seulgi cepat. "Ini tidak seperti itu!"

Joy mengangkat tangannya dan meminta maaf lewat gestur tubuhnya. "Waktu Nona Irene mengatakan kau adalah miliknya, apa itu artinya kau adalah kekasihnya?" Tanya Yeri penasaran.

Seulgi tersipu, "Tidak juga." Gumamnya pelan. "Tidak tahu."

"Lantas apa yang Nona Irene maksud dengan mengatakan kau miliknya, ya?" Joy menerka-nerka kemungkinan yang ada. "Mungkin seperti peliharaan atau barang?"

"Joy..." Tegur Yeri pelan.

Seulgi menghela napas dalam, "Aku tidak tahu dan itu tidak masalah. Dia bebas memilikiku apa pun artinya itu. Aku bahagia bersamanya."

Yeri terkesiap, "Kau jatuh cinta dengannya." Ujarnya dengan napas tertahan.

"Memang," Seulgi mengakuinya dengan jujur.

Mata Joy menyipit, menatap Seulgi dengan seksama. "Kau paham bagaimana kehidupan Nona Irene kan? Aku sering mendengar para bodyguard bergosip."

Seulgi mendengus, "Semua orang pun bergosip; pelayan, tukang kebun, sopir." Joy dan Yeri terkekeh. Dia menghela napas dalam-dalam dan melempar pandang ke halaman belakang rumah Irene yang sangat luas itu.

Sekarang hari hampir menjelang siang setelah tadi malam Irene mengumumkan bahwa Seulgi adalah miliknya dan bukan lagi pelayan di rumah ini. Beberapa orang enggan mengakui jika Seulgi adalah majikan mereka dan menolak untuk melayaninya, namun mereka tidak bisa berbuat banyak sebab kuncinya ada di Johnny. Si asisten pribadi saja bisa menerimanya, mau tidak mau, suka tidak suka, mereka pun harus menerimanya.

Seulgi tidak lantas menjadi semena-mena. Walau pun Irene dengan tegas melarangnya untuk bekerja seperti pelayan, Seulgi tetap menemui teman-temannya ketika Irene sudah berangkat kerja. Saat dia bertemu dengan Yuri, kepala pelayan itu bersikap sangat canggung dengannya. Seulgi tidak menyukainya. Dia memberitahu Yuri untuk memperlakukannya seperti biasa saja, bahkan dia mengatakan Yuri tetap boleh menghajarnya dengan sendok sayur dan Seulgi tidak akan marah karenanya.

Lalu, sewaktu Seulgi mengambil 'peralatan tempurnya' dan bermaksud untuk bersih-bersih, Yuri mengusirnya. Kepala pelayan itu memukuli kaki Seulgi dengan gagang sapu. Jadi di sini lah dia sekarang, di halaman belakang bersama Joy dan Yeri, membersihkan kolam renang sambil bergosip.

"Tunggu, kau tidak akan mengadu ke Nona Irene karena membiarkanmu membantu kami kan?" Tanya Joy curiga.

"Sudah ku bilang tidak akan. Aku justru merasa bosan jika tidak melakukan apa-apa." Ujar Seulgi. "Aku terbiasa bekerja, mencari uang untuk menghidupi keluargaku."

"Tapi sekarang kan kau bukan pekerja di sini, apa kau tetap digaji?" Tanya Yeri penasaran dan Seulgi tidak bisa memberikan jawaban pasti karena dia sendiri pun tidak tahu.

"Hidup sungguh tidak adil." Keluh Joy. "Kau ini hanya pencuri sialan, lalu kau jadi pelayan, kemudian tahu-tahu kau dinobatkan menjadi kekasih Nona Irene."

"Aku sama sekali tidak merencanakan ini semua." Ujar Seulgi. "Waktu itu aku hanya melihat mobil mewah melintas di jalan raya, lalu aku melakukan niat jahatku untuk merampoknya. Mana ku tahu jika ternyata Johnny membawa pistol, jelas belatiku kalah saing. Terlebih dia memukulku dari belakang, membuatku tidak sadarkan diri."

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang