XV

2K 242 19
                                    

"Kau serius akan memakai seragam itu?" Irene menaikkan alisnya, menatap Seulgi dari atas sampai bawah. Seulgi mengangguk dan Irene mendengus sebal. "Mampir ke mall, kita beli pakaian yang pantas untukmu."

"Tenanglah," Ujar Seulgi. "Aku sudah bawa baju ganti. Aku sengaja memakai seragam dari rumah, karena tidak ingin yang lain curiga." Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil Irene. Seulgi memilih Rubicon untuk membawa Irene kencan.

"Kau malu ketahuan kencan denganku?" Tanya Irene.

"Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin yang lain mengajakmu kencan juga. Mereka pasti berpikir punya kesempatan juga karena aku berhasil mengajakmu kencan." Jawab Seulgi. "Aku tidak ingin kau pergi kencan dengan orang lain."

"Kau tidak berhak mengaturku."

"Aku tahu. Aku hanya mengungkapkan perasaanku saja."

Mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Irene baru kali ini duduk di kursi penumpang yang depan, dia memandang ke luar jendela sedangkan Seulgi konsentrasi menyetir. Sebelum berangkat, sebenarnya Johnny sangat menentang mereka pergi berkencan tanpa pengawalan. Johnny ingin dia yang menyetir seperti biasa, namun Irene menolak. Tanpa sepengetahuan Nona besar, Johnny dan anak buahnya tetap mengawal mereka di belakang.

Setelah hampir satu jam melaju, Seulgi membawa mobil Irene ke salah satu hotelnya. Jujur saja, Irene langsung kecewa. Dia mengantisipasi kencan berbeda yang belum pernah dia alami sebelumnya, namun ternyata Seulgi sama saja. Ujung-ujungnya tetap membawa dia ke kamar hotel. Bahkan Wendy memperlakukannya lebih dari ini dan dia sama sekali tidak menganggap itu sebagai kencan.

Seulgi menyerahkan kunci mobil ke petugas parkir dan langsung disambut begitu mereka melihat Irene juga turun dari mobil. Keduanya menuju presidential suite dan Irene sudah tidak lagi banyak berharap. Mungkin benar, seharusnya dia tetap pada pendiriannya untuk tidak berharap apa-apa kepada siapa pun.

Sesampainya di kamar hotel, Seulgi langsung mengeluarkan dua setel pakaian dan dia menyerahkan satu setel untuk Irene. Dia menerimanya dengan heran, "Kenapa kau memberiku ini?" Tanya Irene.

"Kau juga harus ganti baju." Jawab Seulgi.

"Kenapa?"

"Kau tidak ingin Johnny ikut bersama kita kan?"

"Apa maksudmu? Aku sudah menyuruh Johnny untuk membiarkanku pergi bersamamu."

Seulgi tertawa, "Dia mengabaikan perintahmu. Kau tidak sadar Camry hitam yang terus mengikuti di belakang kita? Kau hampir tidak pernah memakai Camry hitam itu karena biasanya pengawalmu yang memakainya, tapi itu benar salah satu mobilmu, aku hafal nomer platnya."

Irene terkesan dengan penuturannya namun dia memilih untuk tidak menyeruakannya. "Jadi kau mengajakku ke sini hanya untuk berganti pakaian?"

"Ah," Seulgi terkekeh. "Aku sengaja mengajakmu ke sini untuk pengalihan perhatian. Johnny akan mengira kita menghabiskan waktu di sini, padahal aku akan membawamu pergi ke tempat lain." Dia terbahak.

"Ke mana?" Irene mulai tertarik.

"Kau akan tahu nanti." Ujar Seulgi dengan sedikit menggoda, membuat Irene mendengus tidak sabar.

Mereka berganti pakaian dengan yang kasual; t-shirt yang dipadukan dengan jeans dan sneakers, juga topi sebagai pelengkap.

"Wow," Komentar Seulgi setelah melihat penampilan Irene yang santai namun tetap menawan. "Kau terlihat seperti seseorang yang bisa ku gapai." Dia terkekeh.

"Dalam mimpimu." Balas Irene santai.

Seulgi tertawa senang, "Tidak apa, dalam mimpi pun aku sudah merasa senang." Ujarnya. "Kau sudah siap?"

NoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang