Sean mengarahkan kepala penisnya pada vagina Anya meskipun gadis itu sudah tak sadarkan diri 5 menit yang lalu akibat orgasme hebat.
"Fuck, ergggh!" Sean mengerang setelah berhasil mendorong penisnya masuk ke vagina hangat Anya, kembali menggempur gadis itu dengan liar.
Katakanlah ia bejat, ia mengakuinya. Pembawaannya yang tenang dan ramah hanyalah tampak depan, dirinya yang asli hanya ia tampilkan didepan Anya. Ah, gadis itu memang memegang kendali besar atas dirinya.
Bunyi perpaduan kulit antara keduanya terus memenuhi ruangan, gairah Sean membumbung tinggi membuatnya harus melampiaskan pada Anya sekalipun gadis itu sudah tergeletak seperti saat ini.
"Aahhhh, ahhh!" Cairannya keluar deras, memenuhi rahim Anya hingga kini menetes keluar dari vagina gadis itu ketika Sean menarik penisnya.
Ia berharap setelah ini adik kecilnya mau tidur, dan tidak lagi meronta seperti tadi hingga memaksa dirinya untuk menyiksa Anya.
"Sorry, sayang." Ucapnya sebelum menyusul Anya ke alam mimpi ditutup oleh kecupan basahnya di pelipis Anya.
*
Cklek.
Anya melihat ke sumber suara, pintu kamar mandinya yang terbuka. Terlihat Sean dengan seragam sekolahnya yang sangat rapi.
"Morning, sayang." Ucap Sean, membantu Anya untuk duduk dengan bersandar di kepala ranjang.
Sean mengusap kepala perempuan yang terlihat kelelahan itu, sedikit merasa bersalah lantaran nafsunya yang begitu tinggi.
"Lemes banget," keluh Anya, matanya menatap sayu Sean beserta senyum kecil di wajah ayunya.
"Maaf." Sean duduk di tepi ranjang, meraih tangan Anya dan mengecupnya berkali-kali. Sungguh, menyetubuhi Anya hingga gadis itu pingsan adalah hal yang paling ia sesali sejauh ini.
"Apa sih, ngga usah maaf-maaf, orang aku juga mau dih," ucap Anya seraya terkekeh ringan. Untuk terkekeh saja ia lemas, rasa nyeri turut ia rasakan di bagian selangkangannya.
Sean meraih tubuh gadisnya, memeluk gadis itu. Tangannya mengusap lembut bagian punggung Anya, memberikan rasa nyaman yang jarang gadis itu dapatkan dari siapapun.
Pemuda itu mengecup dahi Anya berulang kali, menambah kenyamanan yang hadir pada gadis itu hingga membuatnya memejamkan mata guna menikmati kehangatan yang hinggap diantaranya dan Sean.
Hingga lama dengan posisi seperti itu, Sean sedikit melonggarkan pelukannya dan berbisik, "Bau sperma."
Bukannya marah, Anya malah terkekeh dan semakin merapatkan tubuhnya ke Sean yang wangi, sungguh bertolakbelakang dengan dirinya.
"Mau sekolah juga, Baby.." pinta Anya, kepalanya terdongak menatap Sean, menggelayutkan tubuh polosnya yang terbalut selimut pada lengan kekasihnya.
"Ngga usah dulu, ya, lo masih sakit." tolak Sean, mencoba mengerti keadaan Anya yang tampak lemas pagi ini.
"Siapa bilang? Aku sehat!" jawab Anya dengan kepala batunya, tidak ada lawan memang.
"Ck. Selangkangan lo, masih sakit 'kan pasti?" telak Sean, menatap tepat di mata Anya, berharap gadisnya mengerti bahwa saat ini ia tidak ingin ditentang.

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Random[ 17+ ] DISTORY CONTENTS GRAPHIC DEPICTIONS OF VIOLENCE SEXUALITY STRONG LANGUAGE AND MATURE THEMES. 📝 : May 10, 2022 Arsean Bratadikara - Anyalase Da Costa The sweetest, A.