hi, let me confirm something that sekolah yang menjadi latar tempat di cerita ini isn't real of 'SMA N 78 Jakarta' so please jangan sangkut-pautin apapun dengan Jupan yang asli. gue harap semua ngerti, makasi banyak. iloveu sampe ke ujung dunia <3
oiya, satu lagi buat yang nyari cerita Aldegama kemana, tunggu sebentar ya, ceritanya lagi gue unpublish dan lagi gue revisi.
happy reading!
***
Anya mempercepat gerakannya memasukkan semua alat tulisnya—ralat, satu buku dan satu pulpennya ke dalam tas miliknya setelah sebuah panggilan masuk ke ponselnya datang dari Sean yang mengatakan kabar bahwa lelaki itu kini tengah menunggunya di mobil.
"Gue cabut duluan, buddies!" pamitnya kepada kelima temannya, tak lupa mengecup singkat pipi Nola dan Lave sebelum melangkah.
Belum sempat keluar dari pintu kelas, Marvel menginterupsinya dengan lantang.
"NYA, NTAR MALEM SARCASM GAK?" teriak Marvel, laki-laki itu menawarkan pergi ke kelab malam favorit mereka.
Terhitung sudah satu bulan Anya tidak mendatangi tempat tersebut. Insiden satu bulan yang lalu dimana Cakra mengajaknya menyewa kamar. Hal itu tentu tidak hanya mengundang kemarahan dari Sean, namun juga Sarah yang sedang berstatus sebagai pacar Cakra.
Sejak malam itu, Sean tak lagi mengizinkan Anya untuk datang ke Sarcasm meskipun gadis itu pergi dengan kelima temannya.
Sebenarnya ia sama sekali bukan tipe omega yang penurut, melainkan sebaliknya. Tapi khusus Sean, ia akan melakukan apapun mengingat mendapatkan Sean bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan yang dilaluinya—termasuk menyetujui permintaan lelaki itu untuk menyembunyikan status keduanya dari publik.
Anya menggigit bibir bawahnya bimbang, di satu sisi ia ingin menuruti kemauan Sean untuk tidak mendatangi Sarcasm, namun di sisi lainnya ia merindukan Sarcasm dengan segala sisi gelapnya.
"IKUT LAH, UDAH LAMA KAGA NYA!" sahut Gibe, turut mengompori Anya setelah melihat raut kebingungan dari wajah gadis itu.
"Emmm, liat sikon deh," balas Anya, ia kembali berlari kecil menuju parkiran.
"Liat jawaban ketos maksudnya itu mah," jawab Dega diakhiri kekehan.
*
Dari arah pintu masuk parkiran, mata Sean menangkap sosok kekasihnya yang setengah berlari ke arah mobilnya seraya melihat sekeliling agar tidak menimbulkan rasa curiga karena ia yang masuk ke mobil Sean.
"Nggak usah lari, nanti jatuh." ucap Sean setelah Anya duduk dengan sempurna di samping kemudi, laki-laki itu mengusap peluh yang turun dari pelipis pacarnya.
Selama beberapa detik lamanya, Anya masih tidak merespon ucapan Sean. Ia sibuk mengontrol jalannya oksigen di organ pernapasannya. Air conditioner di mobil Sean sedikit membantu rasa gerah yang timbul.
Sean menepikan rambut terurainya yang tidak sengaja menutupi wajahnya, sebuah botol air mineral terulur kearahnya.
Tanpa menunggu lama, ia menenggak air tersebut hingga berkurang setengahnya.
"Makasih," ucap Anya, senyumnya tersimpul sempurna.
"Tadi ngapain lari-lari? Pengen jatuh?" entah ini sebuah pertanyaan atau sindiran yang Sean lontarkan, Anya terkekeh mendengarnya.
"Biar kamu nggak nunggu lama, Sayangku." jawab perempuan itu, bibir merah mudanya mendarat tepat di ujung bibir Sean.
"Nggak perlu kayak gitu, gue bisa nungguin lo sampai malem kalau lo mau."

KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Random[ 17+ ] DISTORY CONTENTS GRAPHIC DEPICTIONS OF VIOLENCE SEXUALITY STRONG LANGUAGE AND MATURE THEMES. 📝 : May 10, 2022 Arsean Bratadikara - Anyalase Da Costa The sweetest, A.