003

163K 5K 107
                                    

Hai, pakabs? Jujur, aku udah baca berkali-kali part 003 ini tapi masi ga dapet feel-nya, karena aku nulisnya lagi ga ada mood jadi maaf, ya, semisal kalian bacanya juga ga enak, akunya juga pengen buru-buru update karena udah diteror di dm, hihi.

**

"Baby? Kamu ga salah ngasih aku baju kaya gini?" tanya Anya dengan matanya yang mengerjap pelan, speechless.

"'Baju kaya gini' maksudnya? Ini baju gue." kesal Sean, ini sudah pakaian keenam yang ia tawarkan pada Anya, pasalnya gadis itu berkali-kali menolak mengenakan baju yang sudah-sudah.

"Y-ya maksud aku baju kebesaran punya kamu gini," Anya menggelengkan untuk kesekian kalinya, tidak setuju dengan baju olahraga Sean yang kini sudah terpasang dibadannya.

"Anya. Sekolah udah mau kelar, kurang tiga jam lagi. Gak papa pake ini aja, bagus."

"Seriously, love? Ini bukan aku banget sumpah!" tolak Anya, bersikukuh untuk mengganti bajunya.

"Mau genit ke siapa, sih, pake baju ngepas di badan?" telak Sean. "Udah punya pacar juga," lanjutnya membuat gadisnya terdiam dengan bibir mengerucut.

"Tapi—"

"Telanjang aja, mau? Sekalian gue perawanin lo depan anak-anak."

"Dih, kayak yang berani aja. Anak kesayangan Jupan kok cabul." cibir Anya pelan. (re: SMAN 78 Jakarta)

"Gue denger ya."

Anya meringis seraya menunjukkan tanda peace ditangannya.

"Dah, keluar. Gak usah bolos, ikuti kelas." titah Sean, membuka pintu ruang OSIS lebar-lebar dan mempersilakan pacarnya keluar.

"Kenapa gak disini aja? Nanti kalo ditanya seragam aku kemana, aku jaw—ANJINGG!" umpat Anya sebelum iya menyelesaikan kalimatnya, itu karena Sean yang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju kelasnya, XII IPS 2.

Mau tak mau Anya menurut, tidak ingin memancing kekesalan laki-laki itu lebih lanjut.

"Sumpah, sayang, aku malu." cicit Anya ketika keduanya sudah sampai di depan kelasnya.

Sean tak menggubris gadisnya, ia mengetuk pintu kelas dan muncullah Pak Abu selaku guru geografi yang tengah mengajar kelas.

"Permisi, Pak. Sebelumnya saya meminta maaf telah meminjam salah satu murid bapak tanpa izin, saya baru saja menumpahkan air ke seragam Anya." alibinya, terdengar begitu akrab dengan Pak Abu yang tersenyum dengan kedatangan Sean.

Dasar bunglon, cepet banget berubah. Batin Anya mencibir, memang nyatanya begitu. Sean selalu dikenal sebagai ketua OSIS yang sopan dan ramah.

"Silakan masuk, Anya. Terima kasih, ya, Nak Sean sudah bertanggungjawab mengembalikan anak murid saya." balas Pak Abu.

Anya memasuki kelas dengan geram karena ekspresi teman-temannya yang tengah menahan tawa melihat pakaiannya.

"Kayak badut mekdi, Nya." Anya menatap tajam pada sang empu yang mengeluarkan lelucon itu yang sontak diikuti tawa satu kelas.

Ini semua gara-gara Sean!

Anya menggerutu pelan lantaran Sean tak kunjung menjemputnya, untung cuaca hari ini tidak terlalu panas. Ponsel yang digenggamnya berdering menandakan ada panggilan masuk untuknya.

"Hai, dimana?" tanya Sean to the point. Sapaannya yang halus mengalun indah ditelinga Anya, membuatnya lupa akan rasa kesalnya tadi.

"Di halte depan, baby. Kamu lama banget, sih. Ngapain coba? Nganterin selingkuhan yang mana dulu?" Anya mengambil napas setelah beberapa kalimat pertanyaan telah ia lontarkan pada Sean.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang