"Tenang Kiki, enggak usah terlalu pede. Lagian yang harus kamu tanyakan bukan tentang cinta pertamanya melainkan identitas kamu sendiri didalam lingkugan keluarga itu." batin Kiki mencoba untuk tidak terlalu berlebihan dan belum tentu juga yang ada di foto tersebut adalah dirinya.
"Saya ingin tanya ke kamu, apa benar nama teman perempuan kamu itu adalah Kiara?" tanya Dylan.
Kiki tersentak, nama itu... Kenapa rasanya begitu nyaman saat didengar? Nama yang seperti pernah ia dengar, nama yang familiar, nama yang...
"Bukan tuan." ucap Kiki cepat. Dylan tampak tidak terima dengan jawaban itu.
"B-bukan? Kenapa bukan? Kok bisa bukan?"
"Iya... Namanya bukan itu."
"Siapa namanya?"
"Saya cuma tahu nama panggilannya. Namanya Riska tuan."
"Riska? Bukan Kiara? Kenapa namanya sedikit mirip sama kamu? Kamu bercanda kan? Saya enggak salah dengar kan?" tanya Dylan masih tidak terima.
Kiki tersenyum tipis. "Enggak tuan. Tuan enggak salah dengar."
Tak lama kemudian hujan masih cukup deras, meski begitu mobil sudah berhenti didepan rumah Dylan. Kiki mengambil payung dari sang pembantu dan memayungi Dylan sampai tepat ke depan pintu.
Selesai itu Dylan langsung masuk ke dalam rumahnya setelah melepas sepatunya, meninggalkan Kiki yang sibuk dengan payungnya.
Menaruh payung dalam keadaan terbuka didekat kursi depan, hingga akhirnya ia masuk ke dalam rumahnya juga, menyusul Dylan.
Disana ia bisa melihat Dylan sudah diinterogasi oleh kakeknya. Tidak lain sayup-sayup suara mereka terdengar seperti membicarakan foto yang dibahas Dylan tadi.
Kiki tidak berniat untuk ikut vampur dalam hal itu. Ia memilih untuk menaruh tas milik Dylan ke atas meja. Setelah itu ia memutuskan untuk pergi dari sana, keluar dari rumah itu dan menyeberang ke bangunan tempat tinggalnya.
Ia berjalan dengan cepat melewati koridor, teras lalu kemudian ia sampai ke depan kamarnya. Ia masuk dan tutup pintunya. Saat itu, ia pun mengeluarkan rasa lemahnya yang sejak tadi ia tahan. Air mata yang terus ia tahan. Dan helaan nafas yang ia tahan.
Sekuat itu keinginannya untuk terlihat baik-baik saja di mata Dylan.
Ia serosotkan tubuhnya ke belakang pintu hingga dirinya menjatuh ke atas bawah lantai.Dylan tidak perlu tahu...
Dylan tidak akan tahu...Seseorang yang selama ini dicarinya... Ternyata ada disampingnya sendiri.
Yang ia katakan tadi adalah kebohongan.Ya, nama gadis itu bukanlah Riska. Melainkan Kiara, ditambah Kiki pernah diberikan barang peninggalan orang tuanya berupa kalung, kalung itu diberikan oleh Roni di hari ulang tahunnya sebagai hadiah. Dan kalung itu bertuliskan nama Kiara.
Sebuah hadiah yang mencengangkan dan menyimpan begitu banyak misteri, yang tidak diberikan banyak klue dari Roni sendiri.
Saat itu Roni tidak menjawab pertanyaannya kalau nama di kalung itu adalah namanya. Ia hanya memberi tahu kalau kalung itu akan menjadi petunjuk baginya untuk mencari tahu jati dirinya.
Tapi sekarang akhirnya Kiki tahu, kalau dirinya adalah... Kiara itu sendiri. Kalung, foto dan baju kodok. Tiga petunjuk itu sudah cukup menjadikan itu jawaban.
Meski sekalipun ia merupakan cinta pertamanya... Kiki tidak akan pernah mengakui kalau dirinya adalah.... Orang itu, didepan Dylan.
Tidak, sampai ia benar-benar menemukan waktu yang tepat untuk itu, waktu dimana dirinya tahu tentang masa lalunya dan apa yang sudah ia tinggalkan dibelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Selera, Tuan Muda (END)
RomanceKiki telah melupakan siapa dirinya di masa lalu. Ia adalah wanita yang telah kehilangan namanya dan hidupnya. Seseorang berkata "Dekatilah Dylan maka kamu akan menemukan jawabannya" Cucu dari keluarga terpandang yang namanya begitu dikenal, yang di...