16

96 4 0
                                    

Di kantor Rolland group.
Keluar dari dalam mobil, Dylan pun sesegera mungkin masuk ke dalam kantornya, dirinya terus dikejar oleh Kiki ketika itu.

"Tuan. Tunggu." ucap Kiki yang langsung menghentikan laju langkah Dylan. Pria itu memutar badan, membiarkan Kiki berbicara.

"Tuan, saya mohon dengan sangat. Tolong jangan jadikan teman saya alasan untuk tuan menolak perjodohan itu. Saya mohon, tolong jangan libatkan dia dalam masalah ini tuan. Lagipula tuan kenapa bisa langsung suka sama Riska? Didunia ini banyak yang masih lebih sempruna daripada Riska tuan. Yang lebih cantik, yang lebih pintar, yang lebih baik, polos dan lebih kaya daripada Riska tuan."

Dylan tertawa ringan.

"Ki, saya enggak perlu semua itu. Yang saya perluin bukan orang yang sesempurna itu. Yang saya cari itu cuma orang seperti dia." ucap Dylan.

Kiki tersentak.

"A-apa maksud tuan?" tanya Kiki heran. Dylan tersenyum. "Tanpa saya beritahu kamu juga tahu kok, bahkan sejak awal kamu sudah tahu saya menginginkan wanita yang seperti apa." ucap Dylan. Kiki tidak percaya.

A-apa sih maksudnya?!

Ketika makan siang di kantin. Kiki duduk bersebelahan dengan Putra. Mereka saling sibuk memakan-makannnya, meski biasanya mereka tampak lebih berisik dibanding ini, bahkan suasana diantara mereka kini persis seperti kuburan.

Tapi entah kenapa ada inisiatif Putra untuk berbicara setelah beberapa belas menit.

"Ki... Lo yakin bakal siap jadi Riska selamanya?" tanya Putra serius. Kiki jujur bingung dengan ini, apalagi kalau Dylan sampai tahu bahwa dirinya adalah bodyguardnya yang menyamar sebagai laki-laki.

Bisa-bisa ia dipecat setelah ini!

"Gimana nih Put, aku bingung. Tuan muda pasti bakalan kecewa kalau selama ini aku bohong ke dia. Apa ya yang harus aku perbuat supaya tuan muda enggak ngehubungin Riska lagi?" tanya Kiki.

"Ki, gue dari kemarin penasaran. Lo nyamar jadi Riska ini hanya bermaksud untuk mencari tahu doang kan ya tentang keluarga lo? Bukan karena untuk menunjukkan diri kalo lo itu cinta pertamanya?" tanya Putra.

"Awalnya sih emang begitu. Cuma buat nyari tahu lebih dalam tentang keluargaku aja enggak lebih. Lagian aku tahu kok tuan muda enggak bakal suka sama aku, aku bukan seleranya. Aku bukan seperti yang dia mau, yang cantik, yang harus begini sama yang harus begitu. Aku yang sebenarnya kan dekil, jarang dandan, gak pernah pake rok, enggak sesuai ekspektasi dia waktu dulu." ucap Kiki.

"Tapi buktinya tuan muda mau ketemu lo lagi katanya? Bahkan secara enggak langsung bilang dia suka sama lo kan?" tanya Putra heran.

"Y-ya mungkin karena aku didandanin kemarin, memakai rok, wig rambut panjang dan segala macam yang sesuai ekspektasi dia."

"Yaudah sekarang gini aja. Gue punya ide. Gimana kalo lu nanti pas ketemu lagi sama dia, lo pakai wig rambut pendek, enggak usah terlalu pendek. Minimal sebahu, terus lo pakai celana dan enggak usah dandan. Gimana?" usul Putra. Kiki tampak menimbang usulnya barusan, ia langsung setuju. Itu benar-benar ide yang brilian!

"Boleh tuh Put! Kamu pinter juga loh ternyata. Anak siapa sih?" puji Kiki.

"Anak uler gue Ki. Uler sawah!" ucap Putra, Kiki lantas tergelak tawa.
Putra diam-diam memperhatikan Kiki saat tertawa, ia masih tidak menyangka kalau teman yang selama 5 tahun ini bekerja sebagai rekannya justru seorang wanita yang menyamar sebagai laki-laki. Cantik lagi. Kadang setelah mengetahui fakta itu, dirinya sering bertanya. Apakah penyebab dirinya masih belum memiliki pasangan, karena KIki adalah pasangan yang ditakdirkan untuknya?

Bukan Selera, Tuan Muda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang